METROPOLITAN - Pascalibur sekolah semester 1, guru dan murid SDN Suradita di Kampung Suradita, RT 08/08, Desa Ciengang, Kecamatan Gegerbitung, Kabupaten Sukabumi, terpaksa harus bersekolah di bangunan darurat.
Sebab, bangunan sekolah miliknya rusak berat akibat terdampak pergerakan tanah pada 2020. Bangunan yang terbuat dari bilik bambu, beratapkan terpal dan beralaskan tanah ini berdiri di atas tanah perkebunan.
Sekolah darurat dengan panjang 12 meter dan lebar 8 meter itu dibangun empat petak ruangan yang disekat menjadi enam kelas dan satu ruang guru. Kepala SDN Suradita, Edi Junaedi, mengatakan, sekolah darurat tersebut dibangun agar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tetap berlangsung.
”Sebelumnya, kita lakukan musyawarah kebersamaan, karena kondisinya di sekolah lama tidak memungkinkan dilakukan KBM, karena khawatir membahayakan,” ungkapnya. Terlebih, kondisi bangunan sudah retak dan bangunan sekolah tanahnya ambles. ”Kita khawatir akan keselamatan siswa, pernah kejadian anak terperosok ke lubang.
Makanya kita bermusyawarah untuk mendirikan sekolah ini di atas tanah perkebunan. Dari empat bangunan, disekat dua bagian seluruhnya, jadi ada enam ruang belajar atau enam kelas,” bebernya. Sebelum didirikan sekolah darurat, pihak sekolah tidak memaksakan siswanya masuk sekolah.
Mengingat bangunan sekolah rusak parah dan mengancam keselamatan siswa. ”Meski begitu, tempat ini cukup nyaman untuk anak-anak belajar,” tambahnya.
Sementara itu, bangunan sekolah darurat tersebut dibangun secara swadaya oleh masyarakat dan bantuan dari PGRI Kecamatan Gegerbitung. ”Anggaran ini hasil menghimpun dana secara musyawarah, baik dengan orang tua, pemerintah desa dan PGRI,” pungkasnya.(ms/suf/py)