Minggu, 21 Desember 2025

Selain Nonton MotoGP Mandalika, Metropolitan Eksplor Lombok : Punya Riwayat Asma? Jangan Takut Naik Gunung Rinjani

- Rabu, 23 Maret 2022 | 10:30 WIB

Selain menyaksikan MotoGP 2022 di Sirkuit Mandalika, Metropolitan juga menyempatkan menikmati suasana Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB). Rupanya tidak sembarangan orang bisa begitu saja naik gunung dengan ketinggian 3.726 meter itu. Terlebih untuk mereka yang punya riwayat penyakit asma.

Oleh : Ryan Muttaqien

MENURUT dokter klinik yang biasa memeriksakan kesehatan calon pendaki di Gunung Rinjani, dr Bayu, ca­lon pendaki Gunung Rinjani memang harus memenuhi beberapa syarat.

Salah satunya soal kesehatan jasmani dan rohani. ”Sebelum naik Gunung Rin­jani, kami biasa memeriksa kesehatan calon pendaki, layak atau tidak untuk naik. Kami memeriksa dan cek tanda vital,” katanya kepada Metropolitan.id, belum lama ini.

Ia menambahkan, pengece­kan tanda vital mulai dari tekanan darah, nadi, suhu tubuh, kadar oksigen dalam tubuh, hingga tinggi dan be­rat badan.

”Yang paling penting, yakni soal riwayat sakit. Seperti asma, pernah kecelakaan sampai menyebabkan patah tulang, hingga ambeyen,” je­lasnya.

Terkait calon pendaki Gu­nung Rinjani yang punya ri­wayat sakit asma, dr Bayu punya beberapa saran.

”Untuk penderita asma, misalnya. Kita tahu di gunung itu suhunya dingin ya. Sang­at berisiko untuk kumat asma. Kalau dingin, misalnya di Sembalun (kaki Gunung Rin­jani, red) saja, itu bisa salju. Maka harus ada perhatian buat calon pendaki riwayat asma,” imbuhnya.

”Salah satunya asma harus kita anjurkan jangan lupa mem­bawa obat penanganan asma. Seperti inhaler. Kita edukasi juga pendaki selalu bawa pa­kaian hangat dan makanan yang cukup untuk meningkatkan suhu,” tambah Bayu.

Calon pendaki juga harus memerhatikan tensi darah. Terlebih untuk calon penda­ki yang diperiksa sebelum naik Gunung Rinjani namun punya tensi darah di atas 150, harus lebih memerhatikan makanan dan pakaian hangat.

”Mendaki itu kan lebih ke aktivitas fisik ya. Ketika (akti­vitas, red) tinggi, maka tensi akan naik. Jadi bukan berarti tidak bisa, tapi harus memer­hatikan kondisi vital keseha­tan jasmani dan riwayat sakit,” tuntas Bayu. (ryn/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X