berita-utama

Panitia Cap Go Meh Sediakan Tempat Salat

Jumat, 10 Februari 2017 | 09:20 WIB

METROPOLITAN - Usai ramai imbau­an Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bogor soal larangan bagi umat muslim ikut hadiri perayaan Cap Go Meh (CGM) 2017, jajaran muspida dikumpulkan bersama panitia, kemarin.

Dari hasil rapat, disepak­ati panitia Bogor Street Fest 2017 akan menyediakan tempat untuk melaksanakan ibadah salat lima waktu.

Ketua Panitia CGM 2017 Arifin Himawan memastikan, penyelenggaraan festival bu­daya keagamaan itu tidak akan mengganggu waktu ibadah umat islam. Sebab, panitia mendirikan tenda khu­sus ibadah yang tersebar di sepanjang rute.

“Khusus untuk tamu VIP, ka­mi telah menyediakan di dekat pintu satu Kebun Raya Bogor karena lokasinya berdekatan dengan panggung utama,” ungkap Arifin usai rapat koor­dinasi di Vihara Dhanagun, Jalan Suryakencana, kemarin.

Ia pun berharap umat mus­lim tidak perlu khawatir tidak dapat melaksanakan ibadah salat. “Jadi peserta yang men­gisi acara maupun masyarakat penonton nanti bisa tetap menjalankan salat, karena kami sudah menyiapkannya,” kata Arifin.

Meski begitu, dari MUI Kota Bogor tetap tegas untuk me­larang umat Islam ikut hadir dalam acara tersebut. Karena, dianggap budaya keagamaan di luar Islam.

Sejak kemarin MUI Kota Bogor telah menyebarluaskan selebaran berupa larangan ikut Cap Go Meh 2017. Im­bauan itu juga diedarkan dalam bentuk buletin yang juga disebar di masjid-masjid dan khutbah Jumat, hari ini.

“Sudah kita sebarkan mu­lai kemarin dan sekarang, sehingga umat muslim pun bisa mengetahuinya,” ungkap Komisi Penelitian dan Pengka­jian MUI Kota Bogor, Dhani.

Penyebaran imbaun terse­but, menurut Dhani, meru­pakan komitmen lembaganya untuk melakukan pembinaan.

“Ini semuanya harus disadari masyarakat, sehingga tidak ada lagi masyarakat yang ter­jebak dengan adanya hal ini,” ungkapnya.

Sementara itu, suara lain datang dari Gerakan Pemuda (GP) Ansor.

Ketua GP Anshor Kota Bo­gor menyayangkan tindakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bogor. Rachmat Imron menganggap, perayaan CGM hanyalah gelaran budaya, bukan bagian dari ritual ke­agamaan.

“Bangsa ini tak lepas dari bu­daya, maka dari itu saya ang­gap MUI terlalu berlebihan. Mereka terlalu mencari-cari alasan untuk melarang me­nonton CGM. Padahal kalau kita dari segi anshor tidak mempermasalahkan CGM itu karena itu sudah menjadi budaya bangsa kita,” ungkap lelaki yang akrab disapa Romy.

Selain itu, ia menganggap jika Festival CGM itu banyak menguntungkan pedagang umat muslim dan bisa men­datangkan wisatawan untuk mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD). “Saya me­nyayangkan MUI yang ter­lalu berlebihan dan lebih baik mengambil sikap sisi lain. Kalau persoalan adanya ritual keagamaan itupun hanya di­lakukan oleh mereka sendiri sedangkan umat Islam hanya menontonya,” paparnya.

Halaman:

Tags

Terkini