METROPOLITAN - Usai ramai imbauan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bogor soal larangan bagi umat muslim ikut hadiri perayaan Cap Go Meh (CGM) 2017, jajaran muspida dikumpulkan bersama panitia, kemarin.
Dari hasil rapat, disepakati panitia Bogor Street Fest 2017 akan menyediakan tempat untuk melaksanakan ibadah salat lima waktu.
Ketua Panitia CGM 2017 Arifin Himawan memastikan, penyelenggaraan festival budaya keagamaan itu tidak akan mengganggu waktu ibadah umat islam. Sebab, panitia mendirikan tenda khusus ibadah yang tersebar di sepanjang rute.
“Khusus untuk tamu VIP, kami telah menyediakan di dekat pintu satu Kebun Raya Bogor karena lokasinya berdekatan dengan panggung utama,” ungkap Arifin usai rapat koordinasi di Vihara Dhanagun, Jalan Suryakencana, kemarin.
Ia pun berharap umat muslim tidak perlu khawatir tidak dapat melaksanakan ibadah salat. “Jadi peserta yang mengisi acara maupun masyarakat penonton nanti bisa tetap menjalankan salat, karena kami sudah menyiapkannya,” kata Arifin.
Meski begitu, dari MUI Kota Bogor tetap tegas untuk melarang umat Islam ikut hadir dalam acara tersebut. Karena, dianggap budaya keagamaan di luar Islam.
Sejak kemarin MUI Kota Bogor telah menyebarluaskan selebaran berupa larangan ikut Cap Go Meh 2017. Imbauan itu juga diedarkan dalam bentuk buletin yang juga disebar di masjid-masjid dan khutbah Jumat, hari ini.
“Sudah kita sebarkan mulai kemarin dan sekarang, sehingga umat muslim pun bisa mengetahuinya,” ungkap Komisi Penelitian dan Pengkajian MUI Kota Bogor, Dhani.
Penyebaran imbaun tersebut, menurut Dhani, merupakan komitmen lembaganya untuk melakukan pembinaan.
“Ini semuanya harus disadari masyarakat, sehingga tidak ada lagi masyarakat yang terjebak dengan adanya hal ini,” ungkapnya.
Sementara itu, suara lain datang dari Gerakan Pemuda (GP) Ansor.
Ketua GP Anshor Kota Bogor menyayangkan tindakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bogor. Rachmat Imron menganggap, perayaan CGM hanyalah gelaran budaya, bukan bagian dari ritual keagamaan.
“Bangsa ini tak lepas dari budaya, maka dari itu saya anggap MUI terlalu berlebihan. Mereka terlalu mencari-cari alasan untuk melarang menonton CGM. Padahal kalau kita dari segi anshor tidak mempermasalahkan CGM itu karena itu sudah menjadi budaya bangsa kita,” ungkap lelaki yang akrab disapa Romy.
Selain itu, ia menganggap jika Festival CGM itu banyak menguntungkan pedagang umat muslim dan bisa mendatangkan wisatawan untuk mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD). “Saya menyayangkan MUI yang terlalu berlebihan dan lebih baik mengambil sikap sisi lain. Kalau persoalan adanya ritual keagamaan itupun hanya dilakukan oleh mereka sendiri sedangkan umat Islam hanya menontonya,” paparnya.