METROPOLITAN - Pemeriksaan tokoh Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab di Polda Jawa Barat (Jabar) pada Kamis (12/1) lalu berbuntut aksi anarkis di sejumlah daerah.
Di Kabupaten Bogor, markas milik Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI) yang ada di Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, ludes dibakar. Suasana di Kampung Tegalwaru, RT 05/03 pun, berubah mencekam. Ini diduga sebagai aksi balasan atas perusakan kendaraan dan pengeroyokan terhadap anggota FPI sewaktu di Bandung.
Informasi yang dihimpun, sekitar pukul 02:51 WIB, ratusan massa yang diduga oknum FPI konvoi mendatangi Sekretariat Distrik GMBI Kabupaten Bogor. Massa yang marah tak hanya membakar rumah, tetapi satu sepeda motor yang diparkir di pelataran rumah seluas seribu meter persegi itu pun menjadi sasaran.
Polisi akhirnya mengamankan 20 anggota simpatisan tersebut. Tujuh di antaranya anak di bawah umur, yakni santri yang masih labil. “Ketujuhnya kita lakukan pemeriksaan secara terpisah. Mereka merupakan santri, bukan dari FPI. Mungkin dari simpatisan,” kata Kapolres Bogor AKBP AM Dicky setelah pertemuan bersama Ormas FPI dan LSM GMBI Bogor di ruang rapat Nurul Abbandi Mako Polres Bogor, kemarin.
Dicky meyakinkan pembakaran tersebut merupakan ulah sekelompok orang bukan dari instruksi FPI. “Tidak ada permasalahan antara FPI Bogor dengan GMBI Bogor. Pihak FPI menyatakan bahwa anggota FPI tidak terlibat terkait aksi yang anarkis dan perusakan, dini hari tadi,” ucap Dicky.
Ia pun berjanji akan tetap mengusut kasus pembakaran markas GMBI yang menelan kerugian mencapai rp500 juta. “Semuanya sepakat bahwa itu dilihat dan ditangani seadil-adilnya. Itu mungkin saja ada masyarakat yang mungkin simpatik dan responsif, reaktif terhadap pemberitaan yang ada tanpa disuruh dan diperintahkan,” lanjutnya.
Pihak FPI yang diwakili Ketua DPC Cibinong Bahrudin bin Abdullah menuturkan, pembakaran markas GMBI bukan instruksi FPI. “FPI tidak memerintahkan ataupun menginstruksikan seperti itu. Itu secara tiba-tiba dan secara responsif,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua Distrik GMBI Kabupaten Bogor Sambas Alamsyah merasa tak puas dengan hasil pertemuan ini. Ia meminta FPI mengakui perbuatannya. “Oknum ya bisa saja. Kita ingatkan jangan sok-sok mengedepankan agama tapi munculnya aksi premanisme,” sindir Sambas.
Ia berjanji akan mengawal proses penyelidikan aksi perusakan dan pembakaran hingga tuntas atau sampai ada yang ditetapkan sebagai tersangka. “Kita akan kawal sampai selesai. Saya juga sudah menghadap kapolda Jabar dan beliau mengatakan akan mengusut persoalan ini hingga tuntas,” yakinnya.
Ia memastikan seluruh anggota ormasnya tak akan melakukan aksi balasan. “Kita lebih menghargai adanya negara hukum agar pihak berwernang menangani ini. Tetapi dengan tanda kutip akan kita kawal sampai akhir,” tuturnya.
Sekadar diketahui, akibat pembakaran ini pihaknya mengalami kerugian yang ditaksir mencapai Rp500 juta. Tak hanya itu, data anggota GMBI Kabupaten Bogor yang mencapai 800 orang itu turut dilalap Si Jago Merah. “Sampai 500 jutaan. Tidak ada korban karena sebelum kejadian mereka sudah diungsikan pihak kepolisian,” ujarnya.
Tak hanya di Bogor, perusakan Sekretariat GMBI juga terjadi di daerah lainnya. Termasuk di Kabupaten Ciamis yang berada di Jalan Otto Iskandardinata, Dusun Linggamanik, Desa Panyingkiran, Kecamatan Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya yang ada di Jalan Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya. “Yang di Bogor itu pembakaran, sudah 20 orang diamankan. Kalau di Ciamis dan Tasikmalaya itu markas GMBI dirusak, ada pelemparan,” ujar Kabidhumas Polda Jabar Kombes Yusri Yunus.
Menurut Yusri, pembakaran dan perusakan markas GMBI di tiga daerah tersebut diduga dipicu kabar adanya anggota FPI yang menjadi korban penusukan dan penculikan. Namun guna memastikannya, pihak kepolisan tengah melakukan penyelidikan. “Kejadian di Bogor itu dipicu setelah beredar isu ada anggota FPI disandera GMBI. Tetapi isu-isu itu semua tidak benar,” ucap Yusri. “Kalau di Ciamis dan Tasikmalaya belum diketahui siapa yang melakukan perusakan. Kami lagi menyelidikinya,” tambahnya.
Polda Jabar mengingatkan agar kelompok GMBI dan FPI menahan diri sehingga tak menimbulkan polemik berkepanjangan serta mencegah meluasnya perselisihan yang berujung anarkis di daerah lainnya. “Kami imbau GMBI dan FPI menahan diri dan jangan terprovokasi. Jangan termakan isu-isu tidak benar,” ucap Yusri.