Senin, 22 Desember 2025

Makelar Daging Ayam ‘Gentayangan’ di Bogor

- Selasa, 7 Februari 2017 | 10:14 WIB

METROPOLITAN - Melonjaknya harga daging ayam yang mencapai Rp35.000 per kilogram, belakangan membuat pedagang dan pembeli resah. Sampai-sampai Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia (KPPU RI) turun tangan memantau sejumlah pasar tradisional.

Ketua KPPU M Syarkawi Rauf mengatakan, dari hasil inspeksi mendadak (sidak) di Pasar Bogor dan peternakan ayam, ada temuan selisih harga ayam yang cukup tinggi.

Ini dianggap tak wajar, sebab harga ayam di level peternak hanya Rp12.000 per kilogram. Adapun di tingkat pedagang menem­bus Rp35.000. “Logikanya kalau di peternak Rp12.000, maka harga paling tinggi di pasar sekitar Rp22.000 sampai Rp25.000 per kilo­gramnya. Namun, faktanya hasil sidak tadi harga ayam per kilogramnya tembus Rp35.000,” ucap Syarkawi.

Syarkawi mengaku telah terjadi masalah di tengah-tengah rantai distribusi dari level peternak ke tingkat konsumen.

KPPU mendapat informasi dari para peternak ayam bah­wa adanya calo yang ‘gen­tayangan’ di Bogor untuk me­mainkan harga. Ada beberapa broker alias makelar yang berhubungan dengan peru­sahaan-perusahaan pemilik Day Old Chicken (DOC) atau pemilik pakan sehingga terjadi pengaturan harga. “Ini yang akan kita tindak lanjuti untuk dilakukan penelitian maupun penyelidikan di KPPU,” kata Syarkawi.

Salah satu cara penyelesa­ian kemelut di industri pe­runggasan nasional adalah dengan mendorong kemi­traan yang adil. Artinya, para pengusaha besar atau inte­grator dan pengusaha kecil bisa tumbuh bersama.

Syarkawi menilai selama ini telah terjadi eksploita­si, di mana para integra­tor mendapat keuntungan besar tapi pengusaha kecil merugi. “Ini kan semakin jauh jaraknya, semakin tim­pang. Ini juga sesuai arahan Pak presiden untuk segera mengatasi masalah penyim­pangan,” kata dia.

Sementara itu, Sekretaris Dae­rah Ade Sarip mendorong KPPU segera menindaklanjuti pengecekan ke pasar-pasar lain di Kota Bogor. “Jika memang terbukti ada pihak-pihak men­gambil keuntungan secara pribadi, pengelola pasar dim­inta mengambil sikap. Jangan sampai ada pihak-pihak yang bermain di pasar,” katanya.

Salah seorang peternak ayam di Bogor, Nano Supriyatno men­gatakan, para peternak rakyat terus mengalami kerugian.

Nano mencontohkan, sela­ma ini peternak selalu mem­beli DOC, pakan dan obat-obatan dari pabrik. Namun, pabrik pakan juga ikut ber­budidaya dan menjual ayam di pasar yang sama. “Apa itu tidak mematikan peternak rakyat? Kami banyak ruginya. Gali lubang tutup lubang cari pinjaman (utang, red) untuk memberi makan ayam-ayam kami,” kata dia.

Ia berharap masalah me­nahun ini bisa diselesaikan pemerintah melalui Kement­erian Pertanian dan Kemen­terian Perdagangan dengan regulasi yang tepat. Sebab, kebijakan pemerintah selama ini dinilai lebih menguntung­kan para pengusaha besar. “Justru saya berharap dengan Nawa Cita-nya Pak Jokowi, ini bisa diselesaikan,” kata dia. (mam/rez/c/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X