Minggu, 21 Desember 2025

Disdik Larang Perayaan Valentine

- Senin, 13 Februari 2017 | 09:41 WIB

METROPOLITAN - Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Ja­wa Barat melarang seluruh peserta didik merayakan Valentine Day (Hari Kasih Say­ang, red) pada 14 Feb­ruari 2017. Larangan ini berdasarkan surat edaran dengan no­mor 430/7618-setdisdik pada 10 Februari 2017.

Dalam surat edaran tersebut,disebutkan seluruh peserta untuk tidak merayakan Valentine Day dalam dan luar sekolah. bahwa instruksi itu mendesak kepala disdik kabupaten dan kota agar memastikan setiap ke­pala sekolah jenjang SD sampai SMA/SMK untuk melakukan pemantauan dan pengawasan peserta didiknya. ­

Berdasarkan instruksi dari surat edaran Disdik Provinsi Jawa Barat, Sekretaris Disdik Kota Bogor Fahrudin men­gaku sudah menerima surat edaran Disdik Jawa Barat. Selama ini, ia mengklaim bahwa perayaan Valentine Day tidak berlaku di Kota Bogor. Peserta didiknya pun telah diberitahu soal itu.

“Setiap tahun kita melarang seluruh siswa merayakan Hari Valentine. Tindakan ini mencegah perilaku yang menyebabkan anak terjebak dalam pergaulan bebas yang tidak sesuai norma yang ber­laku,” ungkap Fahrudin.

Tak hanya melarang pada saat Valentine Day saja, Disdik Kota Bogor pun su­dah mengoordinasikan ke­pada seluruh kepala sekolah untuk mengarahkan dan membimbing peserta di­diknya.

“Sangat melarang keras dan kita bekerja sama dengan pihak sekolah dan menyerahkan kepada pi­hak sekolah. Sebab, setiap sekolah mempunyai guru di bidang konseling (BK) masing-masing,” ujarnya.

Sementara itu, menyikapi perayaan Valentine Day di kalangan remaja, psikolog dari Kota Bogor Arti men­gatakan bahwa usia remaja masih terbilang labil. Se­hingga, orang tua harus mengambil alih perannya untuk tetap mengarahkan anak-anaknya.

“Orang tua harus bertang­gung jawab karena peran orang tua sangat penting terhadap perkembangan anak remajanya. Orang tua juga harus bisa memahami anak tersebut agar tidak lepas kendali,” kata Arti.

Menurutnya, anak remaja cenderung memiliki emosi yang belum stabil, sehingga mudah melakukan hal-hal baru yang tengah menjadi tren.

“Emosi yang tidak stabil pada remaja membuat mer­eka selalu ingin mencoba ke arah yang cenderung nega­tif. Seiring perkembangan teknologi yang semakin me­lesat, remaja juga selalu ingin berbuat hal baru,” tandasnya. (cr1/c/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X