MOGOK massal angkutan umum kembali berlanjut. Hari ini, sopir angkot kompakan mogok total setelah terjadinya bentrokan antara pengemudi ojek online dan sopir angkot. Tak mau nyawa terancam, para sopir sepakat menolak narik angkot.
Adanya insiden bentrok membuat ribuan sopir angkot di Kota Bogor ketar-ketir. Ketua Organda Kota Bogor M Ishak menyatakan, masing-masing ketua jalur sepakat menghentikan operasional angkot karena takut adanya aksi balasan pengemudi ojek online yang mengancam keselamatan sopir dan penumpang.
“Ya memang tadi sudah disepakati bahwa besok (hari ini, red) mogok total. Karena, mereka (sopir, red) pada takut,” ungkap Ishak.
Pihaknya pun telah meminta bantuan Walikota Bogor Bima Arya untuk menurunkan petugas guna membantu menyediakan transportasi lain bagi warga. “Kami sudah minta pak wali bantu warga yang mau beraktivitas. Sementara sampai suasana kondusif,” tambahnya.
Informasi yang dihimpun, mogok massal yang berlangsung di sejumlah titik di Kota Bogor berbuntut pada aksi anarkis. Di satu sisi ada pengemudi ojek online yang disetop sopir angkot, namun aksi balasannya juga terjadi hingga muncul keributan.
Seperti yang terjadi di Jalan Raya KH Abdullah bin Nuh. Sopir angkot terpaksa kena pukul hingga ada yang digebuki berjamaah oleh pengemudi ojek online. Bahkan, mobil angkutannya ringsek terkena lemparan batu.
Tak hanya itu, sejak pukul 08:00 WIB sejumlah sopir angkot sudah melakukan sweeping seperti yang terjadi di Jalan KH Soleh Iskandar, Jalan Padjajaran dan Jalan Gunung Batu. Para sopir angkot tersebut meminta semua sopir melakukan mogok massal.
Melihat itu, giliran sopir ojek online pada sore harinya yang melakukan sweeping kepada sopir angkot di Jalan Yasmin dan mengakibatkan sejumlah angkot rusak dan salah satu sopir angkot dipukuli para sopir roda dua tersebut. “Kita dapat info dari teman-teman tadi ada sopir ojek online yang dipukul sopir angkot. Makanya anak-anak kumpul di sini untuk mencari orangnya,” ujar Rizal salah seorang pengemudi ojek online.
Rizal sendiri mengaku tidak mengetahui lebih lanjut soal temannya yang menjadi korban para sopir angkot, namun menurutnya sudah ada beberapa temannya yang kini dirawat di rumah sakit karena mendapatkan luka yang cukup parah pasca dipukuli para sopir angkot.
“Kami sudah dua hari ini narik enggak pakai atribut. Karena takut. Padahal sama-sama cari uang di jalan, seharusnya jangan seperti itu. Karena kalau rezeki tidak akan tertukar,” terangnya.
Munculnya gesekan berujung ricuh antara pengemudi ojek online dan sopir angkot mendapat sorotan dari Pengamat Kebijakan Publik Mihradi. Menurutnya, masalah ini bukan hal baru, melainkan riak-riaknya sudah lama muncul.
Ia pun menyesalkan adanya respons yang lambat dari pemerintah dalam menyikapi kemunculan angkutan online di Kota dan Kabupaten Bogor.
“Ini menandakan kalau pemerintah itu lambat. Seharusnya ini tidak perlu terjadi kalau pemerintah sudah lebih dulu mempertemukan masing-masing pemangku kepentingan untuk berembuk,” kata akademisi dari Universitas Pakuan itu.
Mihradi menyatakan jika peran pemerintah tidak sekadar menjadi pemadam kebakaran dalam menghadapi persoalan, melainkan tanggap melakukan langkah pencegahan (preventif).