METROPOLITAN- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor terus menggalakkan Gerakan Ketuk Pintu ke kampung-kampung untuk mencegah penularan dan memberantas Tuberculosis (Tbc) di daerah itu.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Rubaeah, gerakan itu sengaja dilakukan untuk memberantas Tbc. Selain itu, pihaknya juga memberikan penyuluhan Gerakan Ketuk Pintu guna merujuk setiap orang yang mengalami gejala Tbc ke puskesmas agar mendapat perawatan.
Apalagi dengan kondisi jumlah pengidapnya yang juga terbilang tinggi. Khusus di Kota Bogor, diperkirakan terdapat 4.042 penderita TBC dan baru 1.896 yang dilaporkan.
Selain itu, tercatat ada sepuluh kelurahan di Kota Bogor yang menjadi Kantor Tuberkulosis dengan jumlah kasus tertinggi yakni Kelurahan Tegalgundil, Kedunghalang, Pasirjaya, Pamoyanan, Mulyaharja, Cibadak, Pasirkuda, Kedungbadak, Ciparigi dan Kebonpedes.
“Perlu kerja sama lintas sektor untuk menemukan penderita Tbc lainnya,” katanya.
Rubaeah menjelaskan, Tbc terbagi dua jenis yakni Tbc biasa dan Tbc kebal obat yang menjadi tantangan baru dalam upaya pemberantasan. Tbc kebal obat sulit disembuhkan dan lebih mematikan dibandingkan Tbc biasa.
Untuk penyembuhan membutuhkan waktu pengobatan paling lama dua tahun dan dapat menghabiskan biaya yang besar yakni sekitar Rp200 juta per pasien.
“Di Kota Bogor tercatat ada 91 penderita Tbc kebal obat,” katanya.
Adapun ciri-ciri Tbc biasa, penderita mengalami batuk lebih dari dua minggu, batuk berdahak, batuk darah, nafsu makan berkurang, hingga penurunan berat badan secara drastis dan berkeringat di malam hari.
“Ini merupakan gejala utama penyakit Tbc,” katanya.
Penyakit Tbc bisa disembuhkan dengan pengobatan yang teratur dan didukung gizi baik serta gaya hidup sehat. Pengobatan sebaiknya dilakukan pada fasilitas layanan kesehatan yang sudah menerapkan strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) yakni semua puskesmas di Kota Bogor dan beberapa rumah sakit.
Strategi DOTS adalah tata laksana penyakit Tbc secara komprehensif, pengobatan berstandar internasional didukung tim medis yang lengkap dan terlatih serta dilengkapi pencatatan atau pelaporan yang baik.
“Penyakit Tbc harus diberantas dengan cara segera menemukan penderitanya, mengobatinya sampai sembuh dan melindungi masyarakat dari penularannya, melalui gizi seimbang, PHBS, ventilasi udara serta cahaya yang baik di rumah maupun tempat kerja,” tandasnya.
(an/feb/dit)