METROPOLITAN - Jam sekolah di MAN 2 Kota Bogor belakangan ini membuat orang tua resah. Sebab, kegiatan di sekolah menyita waktu siswa hingga larut malam. Sampai-sampai, hari libur pun siswa dipaksa syuting film yang menjadi salah satu penilaian untuk pendidikan seni.
Protes ini datang dari salah satu orang tua murid, Umar Toha. Sudah satu minggu ini ia menyesalkan aktivitas anaknya di sekolah hingga harus pulang terlampau larut. Mereka berpindah-pindah dari satu tempat ketempat lainnya, kadang di tempat fasilitas publik.
“Setelah saya tanyakan ke pihak sekolah melalui guru, ia menjawab bahwa nilai syuting film ini sangat tinggi setelah tahfiz Quran,” ujarnya kepada Metropolitan. Umar Toha juga berharap sebaiknya kegiatan seni dan budaya di MAN 2 lebih berorientasi kepada seni yang bernuansa Islami, dibanding kegiatan syuting film yang dilakukan setiap hari bahkan sampai malam hari. Selain menguras biaya cukup banyak, kegiatan ini juga berisiko karena mengambil waktu istirahat siswa.
“Bukankah tujuan orang tua menyekolahkan anaknya ke Madrasah Aliyah agar mendapatkan ilmu sesuai ajaran Islam dan menjadi anak saleh, bukan kegiatan layaknya artis sinetron,” terangnya.
Karena kegiatan ini dianggap memberikan dampak buruk, ia meminta Kemenag Kota Bogor mengkaji ulang kegiatan murid syuting film dimasukkan dalam seni dan budaya. Menurutnya, lebih bermanfaat seni Islami semisal kasidah. “Kegiatan ini tidak memberikan manfaat sama sekali kepada siswa,” paparnya. Sementara itu, Kepala MAN 2 Kota Bogor Hawasi menampik soal aktivitas siswa yang memakan waktu hingga malam hari. Ia justru tidak tahu soal adanya kegiatan syuting film.
“Saya baru tahu jika ada kegiatan seperti ini, karena aturan di sekolah kegiatan siswa tidak dilakukan sampai larut malam. Hanya sampai pukul lima sore,” katanya. Ia juga mengaku akan menegur guru kesenian yang diduga mewajibkan siswanya syuting sampai larut malam. “Kita akan segera menggelar rapat, tetapi setelah pelaksanaan UNBK selesai semua,” jelasnya.
(mam/c/feb/dit)