SIANG itu, suasana tegang terjadi di depan Balai Kota. Ribut-ribut soal nasib karyawan bus TransPakuan yang tidak digaji akhirnya pecah di Jalan Ir Djuanda. Sopir TransPakuan yang menggeruduk kantor wali kota kecewa lantaran selama empat bulan ini hanya digaji dengan janji. Sampai-sampai adu mulut pun tak terhindarkan. Seorang lelaki berpakaian kemeja putih bersitegang dengan bos Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT) Krisna Kuncahyo.
LEBIH dari lima jam, sejumlah karyawan PDJT berkumpul di pedestrian depan Balai Kota Bogor. Mereka menanti keputusan Wali Kota Bogor Bima Arya tentang nasib karyawan TransPakuan yang sudah empat bulan ini digantung.
Tetapi bukannya senang, raut wajah kesal justru terpancar dari wajah karyawan yang sudah menunggu lama. Sejak pukul 10:00 hingga pukul 15:30 WIB, perwakilan karyawan PDJT yang semula diundang ikut audiensi justru ditelantarkan di luar ruang Balai Kota. Sementara pertemuan siang itu hanya diwakili pimpinan PDJT Krisna Kuncahyo seorang diri.
“Sampai pertemuannya selesai kami hanya di luar, tidak diajak bertemu pak Wali. Malah waktu pimpinan tiba-tiba keluar dari ruang rapat, dia bilang sudah ada kesimpulan dari pertemuaannya, jadi tidak perlu masuk dan kami diminta pulang,” ungkap Kabag Satuan Pengawas Internal (Kabag SPI) PDJT Tri Handoyo.
Mendengar jawaban itu, Tri yang jadi komando perwakilan karyawan merasa tidak dihargai. Hingga cekcok dengan pimpinannya pun terjadi di ruang publik siang bolong. Dengan nada geram, ia merasa dirutnya tidak memperjuangkan nasib karyawan sendiri. “Orang gagal tapi nggak mau ngaku,” cetus Tri dengan nada meledek ke arah pimpinannya sendiri.
Terpancing dengan ucapan anak buahnya, bos PDJT Krisna Kuncahyo pun menjawab dengan nada keras pernyataan Tri soal kegagalannya memimpin perusahaan. Bahkan, Krisna menyinggung soal tidak terpilihnya Tri saat mencalonkan diri jadi direksi. “Anda dulu juga ngajukan diri jadi direksi tapi nggak terpilih juga. Ya sudah dong,” ketus Krisna ke arah Tri.
Adu mulut keduanya pun tak terelakkan hingga suasana memanas. Beruntung ada yang melerainya. Namun, lagi-lagi suara kekecewaan karyawan PDJT masih terdengar di tengah suasana tegang. “Harusnya bapak punya prinsip dong, jangan mengorbankan orang banyak. Bapak kan pemimpin,” cetus anak buahnya yang jadi sopir bus TransPakuan.
Saat dikonfirmasi, Tri terang-terangan mengaku kecewa terhadap pimpinan PDJT. “Kami bekerja di PDJT, ya kita minta gaji ke pimpinan kita, bukan ke wali kota. Jadi seharusnya pimpinan kami bicarakan ini secara internal dulu, tapi ini kami karyawan yang ingin ikut bertemu dengan wali kota saja malah disuruh pulang,” kata dia.
Apalagi sesuai surat edaran mengenai audiensi PDJT dan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, lanjut dia, seharunya yang bertemu wali kota tak cuma dirut tapi ada unsur karyawan. Sayang, ia mencium adanya indikasi dari pimpinan untuk menghalang-halangi karyawan bertemu Bima Arya.
“Surat tersebut sudah ada di tangan saya dari kemarin. Di dalamnya tertulis ada sepuluh orang yang boleh datang mengikuti audiensi bersama wali kota. Tetapi kita justru tidak dilibatkan,” kata dia.
Menjawab itu, Krisna tak berkomentar banyak. Ia beralasan bahwa dirinya sudah mewakili seluruh karyawannya. “Saya kan sudah mewakili PDJT di rapat itu,” ujar dia.
Informasi yang dihimpun, ada 152 orang yang tercatat sebagai karyawan PDJT. Mereka terdiri dari sopir bus, kondektur, petu¬gas tiketing dan manajemen. Sedangkan aset yang dimiliki hanya 30 unit bus dengan satu bus dalam kondisi rusak. Selama empat bulan ini sopir bus terpaksa tidak beroperasi lantaran perusahaan bangkrut.
Rudi Hartono (37), salah seorang sopir bus TransPakuan terpaksa banting stir menjadi seorang juru parkir. Selama ini ia merasa digantung pemkot dengan gaji yang tak kunjung dicairkan. Hanya janji manis yang diberi. “Insya Allah akan segera dibayar, katanya begitu. Tapi nyatanya belum ada kejelasan lagi,” sesalnya.
Padahal, beban hidupnya begitu tinggi untuk menghidupi dua anak dan istrinya. “Saya paling ngutang ke warung. Kalau dapat uang juga sebagian untuk anak, sebagian lagi untuk bayar utang,” ungkapnya.