Duka masih menyelimuti suasana di kediaman Waway Munawaroh (48), seorang guru honorer di Cigudeg yang kakinya hancur terlindas tronton. Di kampung Toge RT 01, RW 06, Desa Mekarjaya, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor keluarga masih kehilangan sosoknya yang dianggap jadi panutan. Kegigihannya mengajar tak mengenal honor yang didapatnya sejak 11 tahun menggeluti dunia pendidikan.
Umi, begitulah Dado Ahmad (23) putra Waway memanggil sosok ibunya. Sejak kepergian umi yang nahas, ada rasa kehilangan yang teramat mendalam. Apalagi ayahnya yang belakangan sering termenung.
“Sejak kejadian itu bapak masih suka bengong. Karena umi itu sosok panutan untuk keluarga,”kenang Dado.
Pihak keluarga mengaku sudah ikhlas melepas kepergian uminya. Selama ini bapak dan Umi berprofesi sebagai sebagai guru honor di sekolah swasta.
Dado mengaku, seharusnya Umi menjadi guru pengawas di SMA Negeri 2 Cigudeg sampai hari Senin, baru tiga hari terjadi musibah yang merengut nyawanya. sejak tahun 2006, Umi menjadi guru Madrasah Ibtidaiyah (Nurul Palah) di Tahun 2008 baru mengajar di SMP sebagai guru Bahasa Inggris dengan gaji satu bulan RP 300 Ribu.
“Gaji jadi guru SMP sebulan hanya RP300 ribu, sedangkan honor guru pengawas seminggu RP 300,”ujarnya.
Biasanya, setiap pagi almarhumah masih sempat jualan nasi uduk. Dan , kembali melanjutnya aktifitasnya untuk mengajar. “Biasa berangkat ngajar jam jam 09:30, pulang jam dua siang,”ujar dia
Tidak hanya menjadi guru, di lingkungan Umi dipercaya warga sebgai Ketua RT 01/ 06, Desa Mekarjaya, Kecamatan Cigudeg
"Kita minta pemerinta lebih memperhatikan nasib guru honor yang ada di wilayah,"tukasnya.
(ads/b/feb/dit)