ISAK haru mengiringi pemakaman Rendi Ferdiansyah (18), murid SMK Panca Karya Sentul Bogor yang menjadi korban kecelakaan bus terguling di Magelang, kemarin. Uraian air mata tak henti membasahi pipi keluarga hingga kerabat korban.
PANTAUAN Metropolitan, rumah dengan cat warna hijau yang berlokasi di Kampung Leuwijambe, RT 04/03, Desa Kadumangu, Kecamatan Babakanmadang ramai didatangi orang.
Puluhan orang yang mengenakan pakaian muslim hingga seragam sekolah sudah berdatangan sejak pagi hari. Kedatangan mereka untuk melayat dan mengantarkan Rendi ke tempat peristirahatan terakhir.
Jenazah Rendi tiba di rumah duka sejak 07:00 WIB. Keluarga langsung menyolatkan jenazah untuk segera dikuburkan di pemakaman umum yang berlokasi di Desa Cibanon, Kecamatan Babakan Madang. “Sengaja dikuburin dekat bapaknya. Di situ makam keluarga soalnya,” kata ayah angkat orang tua korban, Emud (52).
Sementara itu, rasa kehilangan masih dirasakan orang tua Rendi, Eni Ernawati (35). Air mata tak henti-hentinya keluar dari janda beranak dua yang sudah enam tahun ditinggal mati suaminya tersebut. “Dia (Rendi) itu pendiam orangnya, ngomong juga seperlunya. Semenjak lulus sekolah di rumah saja, tetapi sekalinya keluar taunya begini,” kata Eni.
Menurutnya, jauh-jauh hari sebelum anak pertamanya pergi mengikuti study tour bersama sekolahannya, Rendi pernah berucap ingin bekerja agar mempunyai penghasilan. Kemauannya untuk melanjutkan pendidikan di jenjang kuliah pun diurungkan karena memilih bisa menghidupi keluarganya. “Dia sempat cerita pengen langsung kerja biar bisa biayain mamahnya. Kerja juga biar adeknya bisa kuliah,” ucapnya.
Kalau berbicara firasat, perempuan yang bekerja sebagai office girl di Sirkuit Sentul Bogor ini sama sekali tak memiliki keganjilan dengan kepergian putranya tersebut. Karena, sebelum keberangkatannya pun ia bersama anaknya (adik korban) turut mengantarkan Rendi ke sekolahannya. “Nggak ada. Cuma Rendi pengen dianterin soalnya bawa tasnya berat. Saya izinin berangkat juga karena waktu sekolah di MTS Rendi tidak ikut, makanya jalan-jalan sekarang dibolehin,” ujarnya.
Di lain hal, sejak kemarin sudah sebanyak 36 orang, baik itu pelajar dan guru SMK Panca Karya Sentul Bogor yang telah kembali ke kediamannya masing-masing. Sedangkan, sisanya masih berada di Magelang untuk mendampingi empat orang yang masih mendapatkan perawatan medis di Rumah Sakit (RS) Magelang. “Sisanya masih menunggu korban yang dirawat. Yakni, Resi, Andar, Ibnu (murid) dan Suhandi (guru),” singkat Guru Multimedia SMK Panca Karya Sentul Bogor, Hendi Ramadhan.
(rez/b/feb/dit)