Senin, 22 Desember 2025

Pascainsiden Tersambar Petir, Papaho Tetap Ramai

- Jumat, 30 Juni 2017 | 15:04 WIB

METROPOLITAN – Pasca insiden tersam­barnya puluhan wisatawan hingga menewas­kan seorang pengunjung tidak membuat lo­kasi wisata rumah pohon Desa Pabangbong, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor sepi. Sejumlah wisatawan dari luar daerah tetap ramai mengunjungi lokasi Panorama Pabangbon (Papaho) yang baru-baru ini membuat 20 orang luka-luka akibat tersam­bar geluduk.

Wisatawan asal Tangerang Adam (25) men­gaku usai berlibur di rumah saudara yang ada di Dramaga, langsung ke Papaho. Katanya lokasi tersebut memiliki

 dilengkapi rumah pohon, sekeindahan panorama alam hingga membuat penasaran untuk mengunjunginya. ­

“Kalaupun ada pengun­jung yang kesambar petir mungkin itu musibah agar tidak terjadi hal tersebut saya memilih mematikan ponsel jadi lebih aman,” tuturnya.

Senada, warga Jakarta Ir­wan (29) sengaja datang ke Papaho karena melihat dari Facebok ada rumah pohon dengan keindahan alam. Ad­anya wisatawan yang tersam­bar petir mungkin faktor cuaca yang tidak bagus dan kurang berhati-hatinya pengunjung. Selama ini banyak objek wisata yang udaranya sudah tidak sejuk dengan harga masuk mahal, namun cukup dengan Rp10 ribu, berwisata di Papaho bisa mendapatkan segalanya sehingga Papaho ramai dikunjungi.

“Ketika berkunjung di area dataran tinggi dengan cuaca yang ekstrem, seharusnya alat komunikasi dimatikan karena memiliki gelombang magnet yang bisa memba­hayakan diri,” ujarnya.

Kepala Desa Pabangbon Iik Kusmana mengaku 20 wisa­tawan yang tersabar petir terjadi di luar objek wisata. Selama ini Papaho buka dari pukul 09:00 hingga 16: 00 WIB, sedangkan insiden tersebut terjadi sekitar pukul 17:00 WIB.

“Semuanya sudah dibawa ke RSUD Leuwiliang guna mendapatkan perawatan, sedangkan dua warung milik Winda dan Ugan yang men­jadi lokasi tersamber petir tidak berjualan lagi,” ujarnya.

Demi keselamatan pen­gunjung, lajut Iik, pihak pen­gelola dengan Kepala Desa dan Muspika Kecamatan Leuwiliang sepakat ketika turun hujan objek wisata langsung ditutup. Selain itu, selama ini akses masuk dan titik-titik rawan dijaga petu­gas. Walapun kemarin terjadi musibah, para pengunjung yang datang ke Papaho ma­sih banyak. Dalam sehari kunjungan mencapai tiga ribu orang, sedangkan hari biasa hanya seratus orang.

“Sementara ini, dari pi­hak pengelola bertanggung jawab menanggung biaya pengobatan korban selama di rumah sakit,” katanya.

Terpisah, korban yang ma­sih menjalani perawatan di RSUD Leuwiliang warga Desa Cibatok, Kecamatan Cibung­bulang Kintan Sukmawati (18) menuturkan, dengan mengunakan motor bersama teman-teman berangkat dari rumah sekitar pukul 13:00 WIB. Pulang dari curug me­milih melanjutkan main ke Papaho, karena turun hujan akhirnya tidak masuk ke lo­kasi dan memilih berteduh di warung.

“Dengan cepat kilat me­nyambar dua warung dan sayapun langsung pingsan, sedangkan Asep meninggal dunia,” ujar Kintan sambil menahan sakit di bagian paha kakan.

Ia menceritakan, sebelum kejadian melihat Asep berdiri tak jauh dari tempat nongk­rong dengan ponsel di saku, sedangkan teman lainnya memilih menyimpan pon­selnya di dalam jok motor. “Tidak tau kenapa yang pal­ing parah tersambar petir Asep,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Bagian (Kabag) Tata Usaha RSUD Leuwiliang Inlaurizen men­gunkapkan, korban yang ters­ambar petir datang ke IGD RSUD Leuwiliang sekitar pukul 18:00 WIB dengan menggu­nakan mobil siaga ada sekitar 20 orang. Rata-rata mereka mengalami lukan bakar ada yang di bagian lengan, paha dan perut. Oleh pihak rumah sakit diberikan penanganan secara intensif dan bagian lukanya dibersihkan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X