METROPOLITAN – Pasca insiden tersambarnya puluhan wisatawan hingga menewaskan seorang pengunjung tidak membuat lokasi wisata rumah pohon Desa Pabangbong, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor sepi. Sejumlah wisatawan dari luar daerah tetap ramai mengunjungi lokasi Panorama Pabangbon (Papaho) yang baru-baru ini membuat 20 orang luka-luka akibat tersambar geluduk.
Wisatawan asal Tangerang Adam (25) mengaku usai berlibur di rumah saudara yang ada di Dramaga, langsung ke Papaho. Katanya lokasi tersebut memiliki
dilengkapi rumah pohon, sekeindahan panorama alam hingga membuat penasaran untuk mengunjunginya.
“Kalaupun ada pengunjung yang kesambar petir mungkin itu musibah agar tidak terjadi hal tersebut saya memilih mematikan ponsel jadi lebih aman,” tuturnya.
Senada, warga Jakarta Irwan (29) sengaja datang ke Papaho karena melihat dari Facebok ada rumah pohon dengan keindahan alam. Adanya wisatawan yang tersambar petir mungkin faktor cuaca yang tidak bagus dan kurang berhati-hatinya pengunjung. Selama ini banyak objek wisata yang udaranya sudah tidak sejuk dengan harga masuk mahal, namun cukup dengan Rp10 ribu, berwisata di Papaho bisa mendapatkan segalanya sehingga Papaho ramai dikunjungi.
“Ketika berkunjung di area dataran tinggi dengan cuaca yang ekstrem, seharusnya alat komunikasi dimatikan karena memiliki gelombang magnet yang bisa membahayakan diri,” ujarnya.
Kepala Desa Pabangbon Iik Kusmana mengaku 20 wisatawan yang tersabar petir terjadi di luar objek wisata. Selama ini Papaho buka dari pukul 09:00 hingga 16: 00 WIB, sedangkan insiden tersebut terjadi sekitar pukul 17:00 WIB.
“Semuanya sudah dibawa ke RSUD Leuwiliang guna mendapatkan perawatan, sedangkan dua warung milik Winda dan Ugan yang menjadi lokasi tersamber petir tidak berjualan lagi,” ujarnya.
Demi keselamatan pengunjung, lajut Iik, pihak pengelola dengan Kepala Desa dan Muspika Kecamatan Leuwiliang sepakat ketika turun hujan objek wisata langsung ditutup. Selain itu, selama ini akses masuk dan titik-titik rawan dijaga petugas. Walapun kemarin terjadi musibah, para pengunjung yang datang ke Papaho masih banyak. Dalam sehari kunjungan mencapai tiga ribu orang, sedangkan hari biasa hanya seratus orang.
“Sementara ini, dari pihak pengelola bertanggung jawab menanggung biaya pengobatan korban selama di rumah sakit,” katanya.
Terpisah, korban yang masih menjalani perawatan di RSUD Leuwiliang warga Desa Cibatok, Kecamatan Cibungbulang Kintan Sukmawati (18) menuturkan, dengan mengunakan motor bersama teman-teman berangkat dari rumah sekitar pukul 13:00 WIB. Pulang dari curug memilih melanjutkan main ke Papaho, karena turun hujan akhirnya tidak masuk ke lokasi dan memilih berteduh di warung.
“Dengan cepat kilat menyambar dua warung dan sayapun langsung pingsan, sedangkan Asep meninggal dunia,” ujar Kintan sambil menahan sakit di bagian paha kakan.
Ia menceritakan, sebelum kejadian melihat Asep berdiri tak jauh dari tempat nongkrong dengan ponsel di saku, sedangkan teman lainnya memilih menyimpan ponselnya di dalam jok motor. “Tidak tau kenapa yang paling parah tersambar petir Asep,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Bagian (Kabag) Tata Usaha RSUD Leuwiliang Inlaurizen mengunkapkan, korban yang tersambar petir datang ke IGD RSUD Leuwiliang sekitar pukul 18:00 WIB dengan menggunakan mobil siaga ada sekitar 20 orang. Rata-rata mereka mengalami lukan bakar ada yang di bagian lengan, paha dan perut. Oleh pihak rumah sakit diberikan penanganan secara intensif dan bagian lukanya dibersihkan.