METROPOLITAN – Para pekerja Awak Mobil Tangki (AMT) akan melakukan aksi unjuk rasa di depan Tugu Kujang, hari ini (4/11). Kedatangannya tak lain untuk menemui Presiden Joko Widodo. Aksi tersebut akan diikuti puluhan hingga ratusan peserta aksi dari depot Jakarta dan sekitarnya. Aksi dengan tema Jombie AMT Pertamina ini menuntut penyelesaian masalah tenaga kerja yang di-PHK dan pengesahan sebagai karyawan tetap.
Koordinator aksi, Heri Sugiri, mengatakan bahwa aksi ini merupakan aksi lanjutan dari beberapa aksi yang sudah dilakukan namun tak kunjung direspons pemerintah. “Ketika kami dengar kabar Desember ini Presiden Jokowi berdinas di Istana Bogor, kami putuskan aksi di sini,” ujarnya.
Menurut dia, aksi yang akan dilakukan para sopir tangki merupakan buntut tidak adanya tindak lanjut dari tuntutan sebelumnya ini. “Seperti aksi long march di Istana Jakarta Oktober silam, aksi di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans), dua minggu kami beraksi namun tidak ada kelanjutannya,” bebernya.
Saat itu, lanjutnya, pihaknya diterima KSP Istana Jakarta dengan Deputi 4 dan 5. Heri mendesak agar pihak istana mempertemukan Pertamina, Kemenakertrans, Kementerian BUMN dan AMT. “Tapi sampai hari ini belum ada progres yang baik. Sebab itu kami lanjutkan perjuangan ke Bogor untuk menuntut keadilan kepada presiden,” ungkapnya kepada Metropolitan, kemarin.
Menurut Heri, tuntutan mereka juga disertai bukti hukum terkait pekerjaan mereka. Di antaranya nota khusus yang sudah disahkan Pengadilan Negeri (PN) perihal pengangkatan karyawan tetap dan nota rapelan lembur senilai Rp64 miliar untuk depot Plumpang, Jakarta. “Serta masalah PHK ilegal 1.095 sopir dan kernet AMT pada Juni lalu di sepuluh depot pengisian, yaitu depot Jakarta, Ujungberung, Padalarang, Tasikmalaya, Merak, Tegal, Banyuwangi, Surabaya, Bandar Lampung dan Makassar,” tandasnya.
Heri menambahkan, awalnya mereka akan beraksi di depan Istana Bogor namun tidak diizinkan pihak kepolisian hingga memutuskan beraksi di Tugu Kujang. “Awalnya kami ingin di sana (depan pintu Istana Bogor, red), long march juga, namun kepolisian tidak boleh beraksi di radius 100 meter dari istana, sesuai undang-undang katanya. Padahal kan penyampaian pendapat dengan long march dibolehkan undang-undang. Akhirnya di Tugu saja dulu. Ini kan sudah tujuh bulan ini kami di-PHK dan belum ada kejelasan,” ujarnya.
Jika belum direspons juga, sambung Heri, pihaknya mengancam akan melakukan aksi lebih besar dengan jumlah massa lebih banyak, bahkan akan mendatangkan Jombie-jombie AMT lebih besar dari berbagai daerah lainnya.
“Seandainya tidak ada respons dari Presiden Jokowi, kami akan jadikan Bogor dipenuhi Jombie-jombie AMT lebih banyak, lebih besar. Hal itu terpaksa kami lakukan agar keluhan kami didengar dan direspons dengan baik dan cepat. Kami hanya menuntut keadilan. Masalah ini sudah berlarut-larut,” tuturnya.
Sementara Humas Polresta Bogor Kota AKP Syarif mengaku belum mendengar kabar soal rencana aksi tersebut. “Belum ada info dari lapangan. Ya kami harap kalaupun aksi ya harus tertib dan tidak mengganggu aktivitas warga saja,” tuntasnya.
(ryn/b/feb/run)