Muhamad Ikbal (9) warga Kampung Sidempok, RT 02/06, Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung, harus menahan rasa gatal di sekujur tubuhnya. Kulitnya melepuh karena selama dua tahun kena imbas pencemaran limbah emas. Kondisi ini diperparah dengan insiden bocornya pipa milik perusahaan tambang emas di wilayah Nanggung hingga ratusan warga terpaksa dilarikan ke klinik.
Laporan : Mulya Diva
MENURUT orang tua Muhamad Ikbal, Rita Zulkaromah (27), anaknya sudah mengalami gejala gatal-gatal yang tak kunjung sembuh selama dua tahun. Saat itu ia menduga karena anaknya korban limbah.
”Kalau dulu mah belum disampaikan kalau ada warga yang mengalami gatal-gatal. Tapi begitu pipanya bocor, baru terkena dampak semuanya. Jadi sekarang sudah ketahuan bahwa limbah tersebut bersumber dari pipa milik Antam,” ujar Rita.
Kepala Desa Bantarkaret Pepen Sopandi mengatakan, hasil musyawarah dari warga dan pihak PT Antam Pongkor, sudah menemukan titik temu. Tercatat ada 147 warga yang mendapat penanganan medis. Kebanyakan merupakan orang tua ketimbang anak-anak. ”Ini penyebabnya masih harus dilihat hasil penelitiannya. Tapi untuk ke depan, bak kontrol itu akan direlokasi sesuai musyawarah kesepakatan warga tadi. Sedangkan untuk pergantian ikan sudah ada kesepakatan warga serta dari pihak Antam,” terangnya.
Direktur Operasi PT Antam Hariwijayanto mengatakan, untuk pembuktian soal pencemaran limbah PT Antam, hal itu harus dibuktikan dari hasil uji lab. Sehingga, gejala gatal-gatal yang dialami warga belum bisa disebut seratus persen bersumber dari dampak limbah Antam. “Tapi apa pun itu, kami sudah berkomitmen untuk membantu warga di sana,” kata Hariwijayanto.
Untuk pembuktiannya, Heri mengaku masih menunggu 14 hari kerja. Nantinya hasil uji lab itu akan dikeluarkan langsung oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bogor. ”Bak kontrol pipa itu akan direlokasi. Kalau kita lihat memang bak kontrol tersebut dekat dengan permukiman warga dan Kali Bondongan, nanti kita akan pindahkan,” ujarnya.
Terpisah, Humas PT Antam UBPE Pongkor Agus Setiyono menyatakan pihaknya masih menunggu hasil uji lab. Sementara untuk pasien yang pada Selasa (19/12) menunjukkan gejala keracunan berupa mual dan pusing, ia mengatakan bahwa pasien yang ditangani di Klinik Antam sudah memiliki riwayat penyakit sebelumnya. “Kami tidak menggunakan bahasa keracunan, karena itu harus dibuktikan dari uji lab yang saat ini dilakukan. Atam tetap berkomitmen melakukan penanganan kesehatan berupa pengobatan untuk warga,” tandasnya. (oj/feb/run)