Senin, 22 Desember 2025

Heboh! Sehari 56 Bencana Kepung Bogor

- Selasa, 6 Februari 2018 | 09:38 WIB

-

Awal Februari, wilayah Bogor serentak dikepung bencana. Dalam sehari, banjir dan longsor menerjang sejumlah titik di wilayah Bogor. Sedikitnya 56 kejadian melanda Kota/Kabupaten Bogor hingga salah satunya berakibat fatal. Satu orang dinyatakan tewas dalam tragedi longsor Puncak, sedangkan ratusan rumah warga terendam air.

Longsor di beberapa titik di Kabupaten Bogor menimbulkan korban jiwa. Satu orang dinyatakan meninggal dunia di lokasi longsor di Kecamatan Cisarua dan enam orang hilang tertimbun longsor di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor.

Berdasarkan laporan, satu korban meninggal bernama Lilis (40). Ia merupakan pemilik warung di sekitar Masjid At-Ta'awun, Kecamatan Cisarua. Bersama Lilis, empat orang dilaporkan mengalami luka. Korban luka ringan yakni Eneng (5), Fajril (3), Suhendar (30) dan satu orang kritis Fitria (38) mengalami patah tulang dan mata kaki retak.

"Dari empat orang luka tersebut, satu orang dilaporkan dalam keadaan kritis dan semua korban luka berada di Rumah Sakit Umum Daerah Cimacan, Cipanas, untuk mendapatkan perawatan medis," papar Kapolres Bogor Ajun Komisaris Besar AM Dicky.

Sebanyak 250 personel gabungan Polri, TNI dan BPBD membantu pengerukan material longsor di area Riung Gunung, kemarin. Tak cuma di Riung Gunung, longsor juga menimpa tiga rumah warga di Kampung Maseng, RT 02/08, Desa Warungmenteng, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor.

Kejadian ini mengakibatkan setidaknya tujuh korban, yakni Inggit (23), Anggi (20), Ihsan (12), Jana Als Dori (40), Enur (35), Asep Tajudin (40) dan Ilham (14) mengalami luka-luka. Jika dijumlah dengan longsor di jalur Puncak, korban longsor berjumlah sebelas orang.

Sementara itu, menurut Dicky, masih ada setidaknya enam korban yang belum ditemukan. Di antaranya Nani (30) dan sang suami, Asep (45), serta keempat anak mereka, yaitu Alan (17), Aurel (2), Aldi (8) dan Adit (9). Rencananya, petugas akan kembali mengevakuasi korban pada Selasa (6/2). “Di sisi lain, tanah masih labil, jadi dikhawatirkan terjadi longsor susulan,” tambah Dicky.

Dari informasi yang dihimpun, sebanyak 25 titik bencana terjadi di wilayah Puncak. Di antaranya banjir dan longsor. Menurut anggota Trantib Kecamatan Cisarua, Yoyo, longsor terjadi secara berkala di mulai sejak pukul 07:00 sampai 10:20 WIB. Diduga musibah tersebut akibat curah hujan yang turun sejak dua hari silam dengan intensitas tinggi. "Hari ini ada 25 titik kejadian,” kata Yoyo.

Sementara di Kota Bogor, hujan deras yang turun sejak kemarin pagi membuat ketinggian air di Bendung Katulampa pun mencapai titik 240 sentimeter. Akibatnya, Sungai Ciliwung pun meluap di berbagai titik dan menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor di beberapa wilayah di Kota Hujan.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor Ganjar Gunawan mengatakan, pihaknya mencatat ada 19 titik di Kota Bogor yang terkena dampak luapan Sungai Ciliwung. Di antaranya di empat titik kelurahan, yakni empat titik di Bantarjati, tiga titik di Kelurahan Sukasari dua titik di Kelurahan Baranangsiang, Kedunghalang dan Tanahsareal. “Sisanya satu titik di Kelurahan Katulampa, Sempur, Babakanpasar, Kebonkalapa, Kedungbadak, Sukaresmi,” katanya saat ditemui Metropolitan, kemarin.

Menurutnya, banjir terparah ada di Kelurahan Kedunghalang, yakni di Kampung Bebek yang menyebabkan 67 Kepala Keluarga (KK) terdampak banjir dan 14 KK di antaranya harus direlokasi. “Ratusan orang terdampak, di antaranya relokasi ke sanak saudara. Sejauh ini, Kampung Bebek ini yang paling parah dampaknya,” imbuhnya.

Selain banjir, sambung Ganjar, ada beberapa titik yang terdampak meluapnya Sungai Ciliwung yang terkena tanah longsor dan rumah ambruk. “Ada lima titik. Untuk tanah longsor sebagian besar di Kecamatan Bogor Selatan, yakni di Kelurahan Kertamaya, Genteng dan Harjasari. Satu lagi di Kelurahan Tanahsareal. Untuk rumah ambruk, satu kejadian di Kampung Babakanpendeuy, Kelurahan Baranangsiang.” bebernya.

Ganjar menambahkan, hingga kini pihaknya masih menghitung jumlah kerugian yang diakibatkan banjir dan tanah longsor ini. “Masih dihitung kerugian materinya. Dalam posisi lintasan air ini, bagaimana masyarakat meresponsnya? Soalnya ada yang memang tanggap dan cepat menyelamatkan harta bendanya,” ucapnya.

Disinggung soal siklus lima tahunan, Ganjar menjelaskan, hal itu tidak selalu terjadi. Sebab, itu tergantung bagaimana debit air Ciliwung dari tingkat hulu dan curah hujan di wilayah Bogor. “Tidak juga. Kan bisa saja sih (tidak lima tahun sekali, red) seperti ini. Teman-teman relawan sudah pantau di Ciliwung sejak kabar ketinggian Katulampa naik. Nanti saya sampaikan ke tingkat kota, baiknya seperti apa,” terangnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X