METROPOLITAN - Liburan akhir pekan malah berujung petaka. Puluhan siswa asal Bogor dikepung geng motor di Jalan Raya Serang-Jakarta usai berlibur ke Pantai Anyer.
Akibatnya, seorang siswa asal Bogor berinisal A meninggal setelah dipukuli di sebuah jembatan dekat kawasan Terminal Pakupatan. Kasus tersebut dimulai saat korban dan puluhan rekannya pulang liburan di Anyer, Sabtu (17/3) tengah malam.
Kapolres Serang Kota AKBP Komarudin menjelaskan, puluhan murid dari Bogor tersebut mengaku tidak mempunyai ongkos pulang ke Bogor. “Awalnya Jumat (16/3) itu mereka datang ke Anyer untuk liburan. Namun saat pulang, para siswa tidak mempunyai ongkos dan jalan kaki dari Cilegon ke Serang,” kata Kapolres ditemui di lokasi kejadian.
Mereka berkerumun menggunakan kendaraan umum dan naik truk yang lewat. Saat memasuki wilayah Kota Serang, siswa ini diinterogasi sekelompok pengendara roda dua. “Tidak lama kemudian, geng yang diduga pelaku mencegat jembatan dan berteriak menyerang,” timpal Kasat Reskrim Polres Serang Kota AKP Richardo Hutasoit.
Sebanyak 48 siswa dari Bogor itu pun berhamburan. Nahas, satu siswa jatuh dan tertindas pelaku. “Pemukulan menggunakan senjata tajam dan tumpul mengakibatkan korban meninggal,” katanya.
Warga membawa korban ke Rumah Sakit Sari Asih Kota Serang. Namun, korban tidak tertolong dan meninggal. Jasad siswa SMK YKTB 3 Bogor yang meninggal karena perkelahian itu hingga Sabtu malam masih berada di Rumah Sakit Sari Asih, Serang.
Korban diduga meninggal akibat kehilangan darah setelah mengalami luka di paha dan perut. Korban juga mengalami luka akibat pukulan benda tumpul di kepala.
Polisi Kota Serang pun segera membawa 47 siswa yang diketahui berasal dari salah satu SMK di Bogor, Jawa Barat.
Berdasarkan pengakuan para siswa, penyerang siswa menggunakan enam kendaraan roda dua sambil membawa parang dan celurit. “Hingga kini belum bisa kita tangkap, baru kita identifikasi,” akunya.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Bogor H. Fahrudin, mengaku telah mendengar kabar buruk yang menimpa pelajar asal Kota Hujan tersebut. Namun, pihaknya tidak bisa berbuat banyak.
“Kalau untuk pendampingan dan lainnya, kita tidak bisa berbuat banyak. Karena Disdik memiliki wewenang sebatas koordinasi dan komunikasi saja. Untuk selebihnya, pihak KCD Wilayah 2 Jawa Barat yang memiliki otoritasnya,” pungkasnya.
(ogi/c/de/feb/run)