Pertama, kemesraan hubungan kita dengan Allah SWT ini kita dapatkan melali sejumlah amaliyyah ritual seperti; saum, shalat, tilawah Al-Qur’an, i’tikaf, dzikir, do’a dan lain sebagainya. Kemesraan ini membawa kinikmatan spiritual yang tidak bisa dilukiskan dengan kata – kata.
Kedua, kemesraan hubungan dengan keluarga dan sesama. Selama bulan ramadhan, kita terutama yang sibuk banyak mendapatkan sesuatu yang membawa kemesraan hubungan dengan keluarga dan tetangga. dilingkungan keluarga misalnya buka bersama, sahur bersama, shalat terawih bersama dan lain sebagainya. Demikian juga sesama tetangga, setidak-tidaknya shalat tarawih bersama. Yang perlu kita lestarikan adalah nilai kebersamaannya. Komunikasi baik antar keluarga dan tetangga harus kita tingkatkan dan lestarikan, hal ini akan menumbuhkan saling pengertian, saling menyayangi dan saling menghormati.
Ketiga, semangat kasih sayang dan peduli pada sesama. Saum memiliki dimensai sosial yang sangat tinggi. Selama kita saum kita merasakan perihnya lapar, haus dan dahaga. Rasa lapar dan haus ini mungkin sering dirasakan oleh masyarakat kaum dhu’afa diluar bulan Ramadhan, karena kekurangmampuan mereka menyediakan kebutuhannya. Oleh karena itu, kita perlu meningkatkan kasih sayang dan peduli pada nasib sesama. Nabi SAW, mengingatkan kaum hartawan: ” kamu ditolong dan diberi rizki dengan bantuan kaum dhu’afa diantara kalian ”. Seorang hartawan betapapun banyak harta yang dimiliki, uang banyak berlipat, mobil mewah mengkilat, rumah bagus bertingkat, dia tidak akan mampu menikmati tanpa bantuan dari para buruh bangunan, buruh tani dan lain sebagainya.
Ramadhan adalah bulan yang tepat untuk menacarkan ” Cinta/Mahabbah ” kita kepada Allah SWT dan sesama. Semoga dengan saum Ramadhan kita semua mendapatkan Cinta-NYA dan di cintai Allah SWT.
Wallahu’alam