Bulan Ramadan waktunya untuk menahan hawa nafsu. Termasuk pula menahan keinginan makan ini-itu usai waktu berbuka. Baginya, berbuka puasa tidak melulu harus diisi makanan berat. Tetapi cukup makanan ringan yang cukup nutrisi. Hitung-hitung diet, katanya saat mengobrol santai dengan Metropolitan. “Diet lah. Berhubung pada gemuk, jadi tidak ada menu makan malam,” ujar Ulung sembari tertawa.
Sementara itu, di balik profesi sebagai aparat kepolisian memaksa Ulung harus selalu siap dalam berbagai kondisi. Tak lain untuk senantiasa menjaga kondusivitas di Kota Bogor. Sebab, memasuki bulan puasa tahun ini ia lebih sering melakukan buka bersama jajaran petinggi Polresta Bogor Kota lainnya dibandingkan bersama keluarga.
Ia mengaku hampir setiap hari buka bersama para kasat dan kabag dibandingkan dengan keluarga. Hal itu dilakukan sembari menunggu kegiatan Jarmat (Jajar Kehormatan) saat Presiden RI Joko Widodo memasuki kediamannya di Istana Bogor, tiap harinya. “Jadi suka duka tersendiri. Memang waktu dengan keluarga terpangkas tapi hubungan kami di jajaran Polresta Bogor Kota semakin erat, karena kami hampir tiap hari buka bareng. Sambil menunggu Jarmat Bapak Presiden masuk Istana Bogor,” ucapnya.
Soal menu favorit berbuka, tambahnya, biasanya berupa hidangan manis seperti kolak pisang, goreng peuyeum, jagung rebus, pisang dan kacang. Sedangkan minuman paling disukai yakni es kelapa. “Kolak pisang dan peuyeum goreng, itu yang harus ada dalam meja makan. Paling tambahan roti bakar, biasanya dengan selai kacang. Itu sudah wajib ada. Intinya kan menambah kedekatan, sharing apa yang sedang ramai dan program terkait menjaga kondusivitas Kota Hujan,” tandasnya.
(ryn/c/rez/run)
