Senin, 22 Desember 2025

Satu Bangku SMA Dijual Rp15 Juta?

- Jumat, 8 Juni 2018 | 11:41 WIB

-

METROPOLITAN - Hari ini proses pendaftaran Pe­nerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahun Ajaran 2018/2019 ditutup. Di balik proses itu rupanya ada dugaan praktik main mata antara calon wali murid, pihak sekolah dan oknum pegawai Dinas Pendidikan (Disdik) lewat sistem perca­loan.

Bimo (nama samaran, red) salah satunya. Lelaki yang sering jadi calo untuk me­masukkan siswa ke sekolah favorit di Kota Bogor blak-blakan soal ini.

Hampir setiap tahun ia selalu dicari orang tua siswa yang kerap putus asa dengan nasib putra-putrinya untuk mendapatkan sekolah favorit. Demi sebuah prestise, biasanya banyak orang tua yang melakukan berbagai cara agar anaknya bisa sekolah di SMA-SMA jempolan.

“Biasanya mereka yang datang ke saya itu memang sudah mentok. Kebanyakan itu penginnya di SMA 1, 3, 5,“ kata Bimo.

Namun, Bimo tak sembarang­an memasukkan siswa ke seko­lah favorit. Biasanya ia lebih memprioritaskan orang tua murid yang punya kedekatan dengannya. “Kita mah yang pasti saja, memang kenal. Ka­rena bukan apa-apa, takutnya kalau asalan malah ternyata dijebak,” tutur Bimo yang sudah tiap tahunnya meraup pundi rupiah dari sistem penerimaan.

Soal harga, jelas Bimo, itu ter­gantung kesepakatan antara ia dengan orang tua murid. Biasanya untuk bangku sekolah SMA ia mematok harga minimal Rp15 juta, sedangkan untuk bangku SMP di angka Rp10 juta.

“Tapi suka saya tawarin be­rani nggak Rp20 juta? Kayak marketingnya saja, ditawarin gede,” ujarnya sembari meng­isap rokok, malam itu.

Soal adanya sistem PPDB yang sudah berlaku sejak 2016, men­urut Bimo, itu tidak menutup celah percaloan. Sebab, setiap sekolah biasanya sengaja men­gurangi kuota kursi. “Jadi yang seharusnya kuotanya 40, ini dibilangnya 35 kursi. Nah, itu sisanya buat yang titipan,” be­bernya. Termasuk titipan para penegak hukum. “Ya pasti ada, bukan rahasia lagi,” cetusnya.

Adapun untuk pembagian jatahnya, lanjut Bimo, hal itu disesuaikan dengan jumlah yang terlibat. Termasuk Disdik dan pihak sekolah. “Tergantung sih persenannya, nggak tentu,” se­butnya.

Soal adanya sekolah favorit yang kerap menerima siswa titipan dari calo, pihak SMA Negeri 1 Bogor pun angkat bi­cara. Menurut Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Bidang Hu­mas SMAN 1 Bogor Yusup Su­laeman, dengan sistem online, hal itu sudah tidak terjadi.

”Karena yang menentukan diterima atau tidaknya siswa bukan lagi rapat panitia atau guru, melainkan sistem yang menyeleksi semuanya,” kata Yusup.

Begitupun intervensi dari pihak luar, sambungnya, sudah tidak mungkin bisa dilakukan. Sebab, semua peserta didik yang dite­rima hanya dari nama-nama yang terdaftar di aplikasi PPDB Online. ”Kita mah hanya begitu nama keluar lalu mengeluarkan SK dari nama-nama itu. Masy­arakat juga mengetahui siapa saja yang diterima,” ucapnya.

Sementara soal percaloan itu, Disdik Kota Bogor belum mem­beri keterangan apa pun. War­tawan koran ini juga telah men­datangi kantor Disdik yang berada di Jalan Pajajaran pada Kamis (7/6) siang, namun seo­rang pegawai berseragam dinas mengatakan bahwa pejabat yang terkait proses PPDB sedang tidak di tempat.

Tak sampai di situ, Metropo­litan juga telah menghubungi Kepala Disdik Kota Bogor Fakh­rudin dan Sekretaris Disdik Kota Bogor Jana Sugiana, namun yang bersangkutan justru me­limpahkannya kepada Jajang Koswara selaku penanggung jawab PPDB. “Sementara ke Pak Jajang dulu ya,” singkat melalui WhatsApp. (ryn/c/rez/feb/run)x

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X