METROPOLITAN - Dugaan adanya praktik percaloan dalam proses pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat SMP dan SMA Tahun Ajaran 2018/2019 mengundang keprihatinan pengamat pendidikan di Kota Bogor. Munculnya fenomena ini pun dinilai akibat rasa tidak percaya diri dari anak ataupun orang tua murid. Hal itu dikatakan Rektor Universitas Pakuan Bogor Bibin Rubini.
Menurutnya, berawal dari rasa tidak percaya diri itu sehingga dimanfaatkan oknum-oknum calo untuk meraup keuntungan. Meskipun dirinya juga tidak menampik adanya keberadaan calo dalam ’membantu’ pendaftaran anak masuk sekolah. “Orang tua harus percaya diri akan anak didiknya. Kalau tidak berkemampuan, ya jangan memaksakan diri lah memasukkan anak ke sekolah yang dimau,” katanya ketika dihubungi, kemarin.
Dengan begitu, ia berharap jangan sampai nantinya dengan mengambil jalan pintas seperti ini ada korban yang sudah menghabiskan banyak uang namun tak kunjung mendapatkan kursi yang diinginkan. Mengingat sistem PPDB tahun ini yang sudah online, artinya semua orang bisa melihat dan memantau secara langsung prosesnya. “Soal jual kursi, nggak etis lah. Kalau memang ada oknum, secara terbuka masyarakat bisa menilai. Sekarang tidak bisa karena semua sistemnya online, terbuka, siapa pun bisa lihat, maka bisa ketahuan. Intinya memperkecil peluang lah,” ucapnya.
Dalam kesempatan ini, Bibin juga meminta masyarakat membantu Dinas Pendidikan (Disdik) dalam memberantas mafia calo yang menawarkan jasa jutaan rupiah guna mendapatkan kursi sekolah melalui ’jalan belakang’. “Tidak ada peluang lah. Kalaupun ada, ya tebak-tebakan. Misal ada kasus, sebetulnya dia bisa diterima, tetapi karena tidak pede lalu pakai jasa calo, jadi harus bayar ongkos lagi. Ya sekarang mah terbuka, serahkan saja pada Disdik,” ajaknya.
Sementara itu, Kadisdik Kota Bogor Fakhrudin membantah adanya dugaan calo yang dipercaya bisa memuluskan langkah para orang tua yang ingin anaknya masuk sekolah favorit tertentu. “Insya Allah tidak ada lah itu. Hanya isu,” kata pria yang akrab disapa Fahmi kepada Metropolitan, kemarin.
Meski begitu, Fahmi tidak menampik adanya oknum-oknum yang mencari celah meraup untung dari para orang tua yang putus asa, karena anaknya tidak bisa masuk sekolah favorit. Akhirnya, mereka memperjuangkan segala hal, diantaranya memberikan ’mahar’ kepada calo-calo yang dipercaya bisa mewujudkan keinginan para orang tua.
“Itu hanya isu saja, warga memang harus hati-hati, jangan tergiur dengan janji-janji yang dilontarkan oknum calo. Memang ada lah oknum seperti itu tiap tahunnya juga. Tahu-tahu ada anak datang sama orang tua yang nangis-nangis ke Disdik, karena anaknya tidak bisa masuk sekolah, tapi sudah keluar uang banyak. Diimbau masyarakat untuk tidak tergiur bujukan janji oknum calo,” ucapnya.
Sebab, jelas Fahmi, sistem PPDB tahun ini menggunakan sistem pendaftaran online. Artinya, semua data terbuka dan bisa diakses siapapun pada web pendaftaran PPDB. “Semuanya kan terbuka, siapa saja bisa dibaca. Sebetulnya celah-celah itu sudah diminimalisir, nggak bisa lah kalau online,” tuturnya. (ryn/c/rez/run)