Minggu, 21 Desember 2025

Debat Terakhir Ajang Bima Pamer Hasil Kerja

- Jumat, 22 Juni 2018 | 10:21 WIB

-

METROPOLITAN - De­bat terakhir pemilihan wali kota (pilwalkot) Bogor berakhir sudah. Selama dua jam, empat  kandidat calon wali kota dan wakil wali kota Bogor memaparkan gagasannya. Debat ini pun jadi ajang pamungkas Bima Arya yang sebelumnya menjabat F1 Kota Bogor untuk pamer hasil kerja. ­

Ada yang menarik dan me­nonjol selama debat berlangs­ung di Ballroom Braja Mustika, Kota Bogor, tadi malam. Selain para kandidat menyampaikan gagasannya, diskusi yang dip­andu Fessy Alwi itu jadi kesem­patan Bima Arya menunjukkan kerja konkretnya.

Ini terihat pada segmen ke­empat saat masing-masing calon wali kota diberi kesem­patan bertanya sekaligus me­nanggapi jawaban kandidat cawalkot lainnya.

Di segmen itu, Bima memi­liki jatah mengajukan perta­nyaan pada tiga rivalnya, ya­kni Ahmad Ru’yat, Dadang Iskandar Danubrata dan Edgar Suratman.

Bima tak hanya melemparkan pertanyaan tapi juga mem­beri respons dengan membe­berkan program yang telah dilakukannya. Bahkan di tiap responsnya, politisi Partai Ama­nat Nasional (PAN) meminta izin terlebih dahulu untuk menjabarkan kerja konkretnya.

Ini dimulai ketika Bima ber­tanya kepada Ru’yat soal di­lema seorang pemimpin dalam menarik pajak. Sebab, di satu sisi harus meningkatkan pajak tapi di sisi lain harus berpihak pada ekonomi lemah.

Menjawab itu, Ru’yat ber­pendapat bahwa pemerintah harus menonjolkan pelayanan. “Kita harus melakukan lang­kah progresif. Rakyat miskin harus diberikan subsidi untuk pajak tersebut, sedangkan pengusaha juga jangan sam­pai mereka rugi,” jawab Ru’yat.

Merespons jawaban itu, Bima pun dengan blak-blakan mem­beberkan program nyatanya yang sudah dilakukan. Yakni dengan memberlakukan penye­suaian Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). “Izinkan saya menam­bahkan secara konkret. Pe­merintah telah menyesuaikan NJOP. Artinya ada kewajiban pajak bagi yang mampu. Te­tapi yang tidak mampu maka ada keringanan,” beber Bima.

Tak sampai di situ, Ru’yat pun maish ingin menimpali namun terbentur waktu. “Nanti dila­njutkan saat off air kalau belum puas,” ucap moderator.

Bukan cuma soal penarikan pajak. Setiap pertanyaan yang diajukan kepada pasangan calon (paslon) lain, pasangan Dedie A Rachiem juga kerap memberi contoh tentang apa yang sudah dilakukannya. Ter­masuk saat Bima menanyakan paradigma cawalkot Dadang Iskandar Danubrata tentang kesehatan.

“Izinkan saya menambahkan. Penelitian itu menunjukkan bahwa bicara kesehatan itu yang paling utama adalah upaya preventif, bukan kura­tif. Insya Allah kita akan la­kukan preventif untuk germas (gerakan masyarakat hidup sehat, red), jadi tidak perlu ke dokter,” terang Bima yang memberi respons atas jawaban Dadang yang menyatakan perlu adanya penambahan ruang kelas tiga baru di RSUD Kota Bogor.

Keberadaan ruang kelas tiga di RSUD Kota Bogor memang kerap jadi topik yang dibica­rakan dalam debat. Termasuk juga soal mangkraknya pembangunan Masjid Agung hingga adanya indikasi uang ketok dalam tiap pembahasan anggaran. (ads/c/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X