METROPOLITAN - Debat terakhir pemilihan wali kota (pilwalkot) Bogor berakhir sudah. Selama dua jam, empat kandidat calon wali kota dan wakil wali kota Bogor memaparkan gagasannya. Debat ini pun jadi ajang pamungkas Bima Arya yang sebelumnya menjabat F1 Kota Bogor untuk pamer hasil kerja.
Ada yang menarik dan menonjol selama debat berlangsung di Ballroom Braja Mustika, Kota Bogor, tadi malam. Selain para kandidat menyampaikan gagasannya, diskusi yang dipandu Fessy Alwi itu jadi kesempatan Bima Arya menunjukkan kerja konkretnya.
Ini terihat pada segmen keempat saat masing-masing calon wali kota diberi kesempatan bertanya sekaligus menanggapi jawaban kandidat cawalkot lainnya.
Di segmen itu, Bima memiliki jatah mengajukan pertanyaan pada tiga rivalnya, yakni Ahmad Ru’yat, Dadang Iskandar Danubrata dan Edgar Suratman.
Bima tak hanya melemparkan pertanyaan tapi juga memberi respons dengan membeberkan program yang telah dilakukannya. Bahkan di tiap responsnya, politisi Partai Amanat Nasional (PAN) meminta izin terlebih dahulu untuk menjabarkan kerja konkretnya.
Ini dimulai ketika Bima bertanya kepada Ru’yat soal dilema seorang pemimpin dalam menarik pajak. Sebab, di satu sisi harus meningkatkan pajak tapi di sisi lain harus berpihak pada ekonomi lemah.
Menjawab itu, Ru’yat berpendapat bahwa pemerintah harus menonjolkan pelayanan. “Kita harus melakukan langkah progresif. Rakyat miskin harus diberikan subsidi untuk pajak tersebut, sedangkan pengusaha juga jangan sampai mereka rugi,” jawab Ru’yat.
Merespons jawaban itu, Bima pun dengan blak-blakan membeberkan program nyatanya yang sudah dilakukan. Yakni dengan memberlakukan penyesuaian Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). “Izinkan saya menambahkan secara konkret. Pemerintah telah menyesuaikan NJOP. Artinya ada kewajiban pajak bagi yang mampu. Tetapi yang tidak mampu maka ada keringanan,” beber Bima.
Tak sampai di situ, Ru’yat pun maish ingin menimpali namun terbentur waktu. “Nanti dilanjutkan saat off air kalau belum puas,” ucap moderator.
Bukan cuma soal penarikan pajak. Setiap pertanyaan yang diajukan kepada pasangan calon (paslon) lain, pasangan Dedie A Rachiem juga kerap memberi contoh tentang apa yang sudah dilakukannya. Termasuk saat Bima menanyakan paradigma cawalkot Dadang Iskandar Danubrata tentang kesehatan.
“Izinkan saya menambahkan. Penelitian itu menunjukkan bahwa bicara kesehatan itu yang paling utama adalah upaya preventif, bukan kuratif. Insya Allah kita akan lakukan preventif untuk germas (gerakan masyarakat hidup sehat, red), jadi tidak perlu ke dokter,” terang Bima yang memberi respons atas jawaban Dadang yang menyatakan perlu adanya penambahan ruang kelas tiga baru di RSUD Kota Bogor.
Keberadaan ruang kelas tiga di RSUD Kota Bogor memang kerap jadi topik yang dibicarakan dalam debat. Termasuk juga soal mangkraknya pembangunan Masjid Agung hingga adanya indikasi uang ketok dalam tiap pembahasan anggaran. (ads/c/feb/run)