Senin, 22 Desember 2025

Siswi SMK Tewas Depresi

- Senin, 9 Juli 2018 | 09:01 WIB

-

METROPOLITAN - Wajahnya tampak murung dan berubah jadi pendiam. Melati namanya (samaran, red). Ia masih duduk di bangku SMK salah satu sekolah di Citeureup. Sejak akhir Juni, orang tuanya kebingungan dengan perubahan sikap putri sulungnya. Tatapan matanya kosong. Tubuhnya juga terkulai lemah di kamar.

Di rumahnya, ibunda Melati, AN, warga Gunungputri itu masih menyimpan rasa kehilangan atas kepergian putrinya, Melati. Ia tak mengira bahwa sejak akhir Juni lalu putri sulungnya itu mengalami depresi hingga harus mengembuskan napas terakhirnya.

Kepada Metropolitan, AN pun menceritakan detik-detik kematian putrinya yang mengenaskan.

Sabtu (30/6) lalu, AN masih bertemu Melati. Batinnya sempat terusik saat melihat putrinya sering termenung dan mendadak jadi pendiam. Hingga Minggu (1/7), ia mendapati putrinya terkulai di kasur dengan tatapan mata kosong. “Saya lihat dia seperti menaruh beban berat. Saya suapi bubur pun sudah tidak bisa lagi,” kenang AN.

Karena takut dengan kondisi anaknya yang terus-terusan drop, ia pun menelepon suaminya yang saat itu bekerja di Tangerang. Dan benar saja, esok harinya, Senin (2/7), AN sudah mendapati anaknya tak sadarkan diri.

Akhirnya saya bawa dia ke dokter. Di sana dokternya bilang kalau anak saya butuh pendampingan. Anak bapak sepertinya depresi berat,” kata AN menirukan ucapan dokter saat itu.

Batin AN masih bertanya-tanya. Sebagai seorang ibu, ia merasa ada yang disembunyikan putrinya hingga kondisinya makin drop.

Saya nggak sanggup ceritanya lagi,” ujar AN yang sudah tak kuasa menahan tangis mengingat detik-detik sebelum anaknya tewas.

Masih di rumahnya, ayah Melati, EK, akhirnya melanjutkan ceritanya. Usai mengetahui putrinya drop, ia pun berusaha mencari tahu penyebab anaknya depresi. “Waktu itu saya coba dekati semua teman-temannya bareng saudara,” tutur sang ayah.

Benar saja, bak disambar petir di siang bolong, ia harus menerima kenyataan pahit bahwa putrinya telah diperkosa. Informasi itu ia dapatkan dari salah seorang teman Melati yang sempat dicurhati.

Setelah dari dokter, hari itu juga saya telusuri soal informasi teman anak saya. Rencana Selasa mau saya bawa ke dokter untuk memastikan apakah betul putrinya diperkosa,” ungkapnya.

Namun takdir berkata lain. Melati lebih dulu meninggal dunia karena tubuhnya yang terus-menerus drop. “Anak saya meninggal dunia pada Selasa (3/7) jam 04:30 WIB,” imbuhnya, (3/7/18).

Dugaan atas pemerkosaan itu diperkuat dengan adanya darah yang keluar dari alat kelamin sang putri saat dimandikan.

Makanya saya langsung panggil ketua RT sebagai saksi. Saya minta tolong pak RT membantu proses agar jasad anak saya diautopsi dan mengurus surat-surat untuk dilaporkan ke polsek,” beber EK.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X