Pengalaman menjadi seorang babu untuk para atlet senior jadi pelajaran berharga bagi atlet muda asal Indonesia, Ceyco Georgia Hutagalung. Gadis yang akrab disapa Ceyco itu tak gentar meski setiap harinya harus melayani kebutuhan para atlet sebagai tim ofisial hingga keberuntungan pun memihak padanya. Nama Ceyco tercatat sebagai juara di World Karate Federation 2015.
Ceyco adalah salah satu atlet muda yang berhasil menjadi juara dunia karate pada level junior. Bahkan ia dipercaya mewakili Indonesia bertarung di Asian Games 2018. "Target utama saya adalah meraih emas di Asian Games (AG) 2018," kata Ceyco mantap. Jika melihat pencapaian Ceyco yang begitu gemilang, rupanya ada sebuah perjuangan besar yang sempat dilakukan Ceyco. Ceyco tidak pernah diperkenankan ikut tampil pada ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) meski ia pernah juara dunia. Hal itu karena usianya yang masih 18 tahun pada saat itu. Namun tekatnya yang kuat tidak menyurutkannya ikut terlibat dalam pentas kejuaraan karate pada PON. ”Latihan itu kayak ngasah mata pisau. Kalau rajin diasah lama-lama bakal tajam. Tapi kalau nggak diasah, bisa tajamnya segitu saja atau malah tumpul,” ujarnya. ”Aku tetap ikut sebagai ofisial, jadi pendampingnya atlet senior gitu," imbuhnya. "Aku nemenin mereka, bantuin kalau mereka butuh peralatan aku yang bawain, mau minum aku yang sediain, kayak babu gitu sih, tapi babunya senior,” kenang Ceyco ketika di PON Kota Bandung 2016. Ceyco mengaku nggak hina menjadi ‘babu’ untuk atlet senior yang didampinginya. Selama kita mau mengambil pelajaran berharga dari mereka, ada saja yang bisa dipetik seorang atlet karate yang masih di posisi junior sepertinya. "Untuk itu, Ceyco suka memperhatikan sikap para atlet sebelum mereka menghadapi pertandingan," ucapnya. "Ngelihat gimana sih pengalaman jadi atlet karate, aku belajar soal mengatasi ketegangan sebelum bertanding," tandasnya. (tib/feb/run)
