Senin, 22 Desember 2025

Sejak Usia 5 Tahun Ikut sang Mama Latihan Panah

- Selasa, 31 Juli 2018 | 10:09 WIB

Seperti kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Begitu pula perjalanan Dellie Threesyadinda, altet panahan cantik yang akan bertarung di Asian Games 2018. Lahir dari keluarga atlet panahan, membuat gadis yang akrab disapa Dinda mengikuti jejak sang mama yang juga mantan atlet panahan.

Dellie Threesyadinda, atlet panahan perempuan asal Surabaya ini telah menunjukkan prestasi gemilangnya selama lebih dari 20 tahun berlaga. Peraih medali perak SEA Games 2017 di cabang olahraga panahan ini tak hanya beken di Indonesia, tetapi juga di mancanegara.

Di ajang Asian Games 2018 kali ini, ia pun tak ingin menyia-nyiakan kesempatan tampil membuktikan tekadnya meraih emas. “Asian Games ini adalah panggung pembuktian dan saya harap tampil sebagai juara," ujar Dinda.

Demi tercapainya target, Dinda pun berlatih keras dalam pemusatan latihan di Surabaya, Jawa Timur.

Beruntung, Dinda tumbuh di tengah-tengah keluarga atlet. Ini pula yang jadi modalnya hingga bisa giat berlatih tanpa kenal lelah. Bahkan sejak umur lima tahun, Dinda sudah mengenal olahraga panahan karena sering ikut mamanya latihan.

Dinda kecil pun merasa penasaran, olahraga yang butuh ketenangan pikiran ini terlihat seru di mata polosnya. Dengan jujur, Dinda mengungkapkan ketertarikannya dengan panahan. “Waktu itu diberikan busur kecil untuk latihan,” kata Dinda.

Dari latihan itulah Dinda akhirnya menggeluti cabang olahraga ini hingga sukses mengukir prestasi.

Selama lebih dari 20 tahun kiprahnya di dunia panahan, Dinda telah menorehkan banyak prestasi. Beberapa di antaranya yaitu dua medali emas PON 2012, medali emas dan perak di SEA Games 2013 serta medali emas pada Archery World Cup Antalya 2016.

Di keluarga Dinda, ternyata tak hanya dia sendiri yang meneruskan kiprah ibunya. Kedua adik Dinda bernama Irvaldi Ananda Putra dan Della Adisty Handayani juga digadang-gadang sebagai atlet panahan potensial di Jawa Timur.

Dinda juga membagi ilmunya kepada anak-anak yang serius ingin belajar panahan. Mereka diajak berlatih langsung di lapangan KONI. Namun, Dinda tidak mengajar banyak anak sekaligus karena ia ingin fokus melatih mereka dari level nol hingga mahir.

Pada 2016, Dinda sudah memiliki sepuluh murid. Ia memiliki mimpi besar mendirikan foundation untuk atlet-atlet panahan.

Sibuk sebagai atlet membuat kuliah Dinda di Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, terbengkalai. Dinda bahkan berencana pindah kampus agar bisa memiliki jadwal kuliah yang lebih fleksibel.

Di sela-sela kesibukannya, Dinda yang sejatinya cepat bosan ini sering menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Ia menjajal olahraga lain seperti golf dan menembak. Ia pun punya nazar untuk pensiun dini dari olahraga yang telah membesarkan namanya jika berhasil meraih emas.

"Saya ingin mencari kesibukan lain. Kalau gagal meraih medali atau bukan medali emas, berarti cita-citanya harus dikejar dong. Tetapi kalau nanti meraih medali emas, saya ingin istirahat dulu. Apakah saya akan kembali lagi atau benar-benar pensiun, kita tidak tahu yang terjadi nanti. Saya sih ingin mencoba berwirausaha," ucap putri sulung legenda panahan Indonesia, Lilies Handayani. (de/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X