METROPOLITAN - Nama atlet paralayang, Jafro Megawanto, saat ini tengah menjadi sorotan masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, pemuda 22 tahun itu baru saja menyumbangkan medali emas ketujuh Indonesia di Asian Games 2018. Inilah perjalanan Jafro menjadi atlet berprestasi. Jafro mengharumkan nama bangsa kala terjun pada cabang olahraga (cabor) paralayang nomor ketepatan mendarat individu putra yang berlangsung di Gunung Mas, Puncak, Bogor, kemarin. Berkat pencapaiannya itu, ia pun menambah perolehan emas untuk Indonesia di ajang olahraga multieven terbesar se-Asia tersebut. Tetapi banyak yang tidak mengetahui bahwa dulunya Jafro hanyalah seorang tukang pelipat parasut atau yang kerap dipanggil paraboy di daerah tempat tinggalnya, Batu, Malang, Jawa Timur. Selain karena tertarik dengan paralayang, alasan lain Jafro menjadi tukang lipat parasut lantaran demi membantu orang tuanya serta untuk menambah uang jajannya sehari-hari. Hal itu karena keluarga Jafro bisa dibilang kurang mampu dalam hal finansial. Impian Jafro melayang di udara bersama parasut yang sering ia lipat pun mulai menjadi kenyataan setelah dirinya menjalani dua tahun pekerjaan sebagai paraboy. Saat itu manajer tim paralayang, Yosi Pasha, mencoba membujuknya ikut latihan. Tanpa pikir panjang, Jafro pun langsung mengiyakan dan sejak itulah bakat terpendamnya muncul. Berbagai latihan sudah ia jalani hingga akhirnya mendapat PL 1 junior atau semacam SIM bagi pilot paralayang. Keinginan Jafro sempat tak didukung keluarga lantaran ongkos untuk menyewa ojek ke tempat latihan sangatlah mahal. Namun dengan tekad yang kuat, ia tetap memaksakan berlatih hingga sukses menjadi atlet paralayang Indonesia. Berbagai penghargaan pun sudah Jafro dapatkan seperti meraih medali emas untuk Jawa Timur di PON 2016 Jawa Barat. Kemudian satu tahun setelahnya, Jafro keluar sebagai yang terbaik dalam Kejuaraan Nasional di Wonogiri. Pada 2017 pula Jafro Megawanto bertanding pertama kalinya di luar negeri. Tepatnya dalam Paragliding Accuracy World Cup (PGAWC) di Kanada, Jafro keluar sebagai juara dua. Kini yang terakhir ia meraih medali emas di Asian Games 2018. Dalam Asian Games, Jafro mengalahkan Jirasak Witeetham (Thailand) dan Chulsoo Lee (Korea Selatan), yang berturut-turut ada di peringkat kedua dan ketiga. Keberhasilan tersebut membuat Ketua Chef de Mission (CdM) Kontingen Indonesia, Syafruddin, mengucap syukur. "Alhamdulillah, ini prestasi yang membanggakan Indonesia. Selamat atas perjuangan panjang Jafro sehingga bisa menjadi yang terbaik dan menambah perolehan emas Tim Indonesia," kata Syafruddin. (tib/kps/els/run)