METROPOLITAN - Gempa yang mengguncang Kota Palu, Sulawesi Tengah, menimbulkan kecemasan warga. Sampai-sampai mereka memilih bertahan di jalan raya karena takut adanya gempa susulan. Apalagi kotanya juga sempat diterjang tsunami hingga setinggi 3 meter dan membuat satu keluarga hilang terseret ombak. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut bahwa secara total ada 58 gempa susulan di Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9). Itu terdiri dari 31 gempa susulan pascagempa dengan magnitudo 7,4 yang terjadi pukul 17:02 WIB dan 27 gempa susulan setelah gempa pertama yang terjadi sekitar pukul 14:00 WIB. Potensi tsunami lanjutan kecil sepanjang tak ada gempa lagi dengan magnitudo di atas 7. Informasi sementara, akibat tsunami yang menerjang Palu, satu keluarga yang terdiri atas lima orang hilang terseret tsunami. Sebab, rumah mereka ikut terbawa ombak saat air laut naik ke permukaan. Kerabat keluarga korban hilang terseret ombak, Mirza, warga Kendari, membenarkan keluarganya yang terdiri atas suami-istri dan tiga anaknya hilang terseret tsunami di Pantai Talise Donggala Palu. ”Rumah mereka memang berada di Pantai Talise, kata ayah saya mereka hilang bersama rumahnya akibat terseret tsunami,” kata Mirza. BMKG mengungkapkan, gempa bumi Donggala susulan itu berpusat di 27 kilometer Timur Laut Kabupaten Donggala dan berpotensi tsunami. Sementara kedalaman gempa berada di 10 km di bawah permukaan laut. Sementara di Palu Timur, gempa berkekuatan magnitudo 5,9 membuat warga panik. Seorang warga Palu Timur, Miftah mengaku ia dan keluarga belum memikirkan akan mengungsi ke mana. ”Sampai saat ini (pukul 21.45 Wita) kami masih merasakan ada guncangan gempa setiap lima menit. Rumah kami roboh, rumah tetangga juga. Kami sekarang hanya berkumpul di jalan, hanya di sini yang aman,” ungkap dia. Selain adanya gempa susulan, jaringan listrik masih putus sehingga warga tidak bisa berbuat banyak, terutama dalam mengevakuasi korban. ”Katanya ada di lokasi sebelah ada tertimpa bangunan, tapi kami mau mencarinya juga kesulitan karena gelap sekali di sini,” kata Miftah. Ia menuturkan, sejumlah warga mengalami luka-luka akibat gempa dan tetap memilih menunggu gempa reda di tepi jalan. Meski demikian, ia dan keluarganya selamat karena segera ke luar rumah saat gempa terjadi. Untuk diketahui, gempa yang terjadi di Palu berada di kedalaman 10 kilometer Timur Laut Donggala. Sumber gempa berasal dari Sesar Palu Karo. BMKG telah mengaktivasi peringatan dini tsunami pada pukul 17:07 WIB. Dan akhirnya mencabut status potensi tsunami di empat daerah, meliputi Donggala bagian Barat, Donggala bagian Utara, Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) bagian Utara dan Kota Palu bagian Barat. Kendati sudah mencabut peringatan tsunami, BMKG tetap meminta masyarakat di empat wilayah itu agar tetap siaga. ”Status siaga artinya Pemda diharapkan memperhatikan dan segera mengarahkan masyarakat untuk melakukan evakuasi. Pemda juga agar mengarahkan masyarakat untuk menjauhi pantai dan tepian sungai,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, Jumat (28/9) malam. Sementara itu, jaringan komunikasi dan jalur penerbangan di Palu masih lumpuh, sehingga menyulitkan warga Gorontalo yang ingin mengetahui kondisi keluarganya di Palu. Kepala Bandara Djalaluddin Gorontalo Power AS mengatakan, Bandara Mutiara Sis AlJufri Palu, Sulawesi Tengah, ditutup hingga Sabtu (29/9) pukul 19:20 Wita. ”Notam penutupan Bandara Palu keluar malam ini, tapi seluruh penerbangan dari Gorontalo ke Palu hari ini sudah selesai sebelum terjadi gempa,” tandasnya. (feb/run)