Senin, 22 Desember 2025

Massa Kepung Kantor Mapolresta Bogor

- Rabu, 24 Oktober 2018 | 09:48 WIB
FOTO: FADLI/METROPOLITAN/JPNN
FOTO: FADLI/METROPOLITAN/JPNN

METROPOLITAN - Buntut beredar­nya video berisi belasan oknum ang­gota Banser Garut membakar bende­ra hitam bertuliskan kalimat tauhid yang diidentikkan dengan bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) pada perayaan Hari Santri, beberapa waktu lalu, memancing reaksi di berbagai wilayah. Tak terkecuali di Kota Bogor. Sedikitnya ada 300 umat muslim dari berbagai organisasi masyarakat (ormas) Islam se-Kota Bogor meng­geruduk gedung Mako Polresta Bogor Kota, Jalan Kapten Muslihat, Kecama­tan Bogor Tengah, kemarin siang. Massa memulai aksinya dengan melakukan long march dari Masjid Raya Bogor melalui Jalan Juanda, menyuarakan kecaman serta membuat laporan atas tindakan di Kabupaten Garut tersebut, ke Polresta Bogor Kota. Dalam aksinya, ratusan massa membawa atribut bendera tau­hid sambil melantunkan selawat dan takbir.­ Koordinator aksi dari Aliansi Pembela Tauhid Forum Muslim Bogor, Nasrullah, mengatakan bahwa aksi tersebut penting se­bagai bukti kecintaan atas agama Islam. Selain itu sebagai respons kaitan simbol-simbol Islam yang dihinakan oknum salah satu ormas di Jawa Barat. “Sebagai umat Islam, harus memiliki girah untuk membela yang meleceh­kan simbol Islam,” katanya saat ditemui Metropoltan di Mako Polresta Bogor Kota, kemarin. Ia menjelaskan, ada dua tu­juan dalam aksi pada massa hingga membuat laporan ke­pada polisi. Pertama, jangan sampai hal tersebut terjadi di Kota Bogor. Kedua, siapa yang berbuat pada video tersebut, harus dihukum polisi sesuai hu­kum positif yang berlaku. Ka­rena itu, pihaknya meminta aparat kepolisian mengusut tuntas kasus tersebut. “Seret oknum, hukum, tidak boleh berdalih dengan alasan apa pun. Bendera itu bendera Rasul, artinya itu bendera seluruh umat muslim dunia. Tidak boleh diklaim satu organisasi atau apa pun,” ucapnya. Ia menilai pembakaran simbol tauhid merupakan penghinaan agama, khususnya untuk umat Islam. Serta bisa dikategorikan kejahatan dan kebiadaban yang luar biasa. ”Secara hukum agama, ini suatu kedurhakaan karena dilakukan umat Islam. Mungkin beda halnya kalau dilakukan non-Islam, karena tidak paham,” terangnya. Pihaknya menyerukan kecaman dan meminta aparat harus bert­indak sesuai aturan, sebagai negara hukum. ”Kita harus cer­das, semua umat Islam harus menjunjung tinggi bendera ke­tauhidan,” tegasnya. Sementara itu, dari hasil pe­meriksaan terkait pembakaran bendera tersebut, Kapolda Jabar Irjen Agung Budi Maryoto men­gatakan, hasil pemeriksaan ber­dasarkan pengakuan saksi, kain yang dibakar sejumlah orang itu bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), organisasi yang dilarang pemerintah. ”Berdasarkan hasil pemeriksa­an bahwa bendera yang diambil dan dibakar itu bendera HTI,” ujar Kapolda. Kabid Humas Polda Jabar Kom­bes Trunoyudo Wisnu Andiko menjelaskan pernyataan Agung soal bendera HTI itu berdasarkan keterangan saksi. ”Kenapa Bapak (Kapolda) bilang itu, ya ada pe­tunjuk keterangan. Kita berda­sarkan petunjuk dan keterangan saksi,” ucap Truno. Selain keterangan saksi, polisi juga mendapat petunjuk dari video yang beredar. Menurut dia, keterangan saksi dan petunjuk itu akan dianalisa dengan men­gundang ahli. ”Keterangan ditambah petunjuk nanti ada keterangan ahli. Nah besok digelarkan,” kata Truno. Terpisah, Ketua GP Ansor Kota Bogor Rahmat Imron Hi­dayat menyerahkan insiden pembakaran bendera diduga milik salah satu organisasi yang bertuliskan kalimat tauhid ke penegak hukum. Ia mengaku insiden tersebut sudah ditanga­ni dan pihaknya menghormati proses hukum yang sedang ber­jalan. “Ini kan sudah ada proses hukum. Kami taat aturan hukum. Gitu saja,” kata lelaki yang akrab disapa Romi kepada Metropo­litan, kemarin. Menurutnya, isu pembakaran memang sengaja digoreng dan menjadi liar. Romi juga menilai ada kelompok yang ingin meman­faatkan situasi ini dan mengambil keuntungan. “Ini kan ada yang menggoreng. Isu ini jadi liar. Ada kelompok sakit hati ke Ansor mau­pun Banser yang ingin meman­faatkannya. Kondisi memang memanas, tapi kami tetap mem­bantu keamanan di Kota Bogor. Kami tidak reaksioner terhadap aksi tersebut,” ungkapnya. Di samping itu, Romi membe­berkan adanya aksi perobohan plang PCNU Kota Bogor di Sem­pur pada Senin (23/10) malam. Aksi ini dinilainya berkaitan dengan insiden pembakaran bendera sehingga dirinya me­minta kepolisian segera men­gusut perobohan plang tersebut. “Ada yang merobohkan plang PCNU di Sempur, kemarin malam. Intinya sangat menyayangkan orang-orang yang memancing kekisruhan di balik insiden ini. Kami meminta polisi segera menuntaskan perobohan plang PCNU karena bagian dari mar­wah NU sendiri. Jangan sampai melebar ke mana-mana. Ada kelompok yang memang sakit hati ke Banser dan Ansor ka­rena kita memang lantang ter­hadap isu pembubaran organi­sasi yang bertentangan dengan Pancasila,” pungkas Romi. (fin/ryn/c/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X