METROPOLITAN - Buntut beredarnya video berisi belasan oknum anggota Banser Garut membakar bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid yang diidentikkan dengan bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) pada perayaan Hari Santri, beberapa waktu lalu, memancing reaksi di berbagai wilayah. Tak terkecuali di Kota Bogor. Sedikitnya ada 300 umat muslim dari berbagai organisasi masyarakat (ormas) Islam se-Kota Bogor menggeruduk gedung Mako Polresta Bogor Kota, Jalan Kapten Muslihat, Kecamatan Bogor Tengah, kemarin siang. Massa memulai aksinya dengan melakukan long march dari Masjid Raya Bogor melalui Jalan Juanda, menyuarakan kecaman serta membuat laporan atas tindakan di Kabupaten Garut tersebut, ke Polresta Bogor Kota. Dalam aksinya, ratusan massa membawa atribut bendera tauhid sambil melantunkan selawat dan takbir. Koordinator aksi dari Aliansi Pembela Tauhid Forum Muslim Bogor, Nasrullah, mengatakan bahwa aksi tersebut penting sebagai bukti kecintaan atas agama Islam. Selain itu sebagai respons kaitan simbol-simbol Islam yang dihinakan oknum salah satu ormas di Jawa Barat. “Sebagai umat Islam, harus memiliki girah untuk membela yang melecehkan simbol Islam,” katanya saat ditemui Metropoltan di Mako Polresta Bogor Kota, kemarin. Ia menjelaskan, ada dua tujuan dalam aksi pada massa hingga membuat laporan kepada polisi. Pertama, jangan sampai hal tersebut terjadi di Kota Bogor. Kedua, siapa yang berbuat pada video tersebut, harus dihukum polisi sesuai hukum positif yang berlaku. Karena itu, pihaknya meminta aparat kepolisian mengusut tuntas kasus tersebut. “Seret oknum, hukum, tidak boleh berdalih dengan alasan apa pun. Bendera itu bendera Rasul, artinya itu bendera seluruh umat muslim dunia. Tidak boleh diklaim satu organisasi atau apa pun,” ucapnya. Ia menilai pembakaran simbol tauhid merupakan penghinaan agama, khususnya untuk umat Islam. Serta bisa dikategorikan kejahatan dan kebiadaban yang luar biasa. ”Secara hukum agama, ini suatu kedurhakaan karena dilakukan umat Islam. Mungkin beda halnya kalau dilakukan non-Islam, karena tidak paham,” terangnya. Pihaknya menyerukan kecaman dan meminta aparat harus bertindak sesuai aturan, sebagai negara hukum. ”Kita harus cerdas, semua umat Islam harus menjunjung tinggi bendera ketauhidan,” tegasnya. Sementara itu, dari hasil pemeriksaan terkait pembakaran bendera tersebut, Kapolda Jabar Irjen Agung Budi Maryoto mengatakan, hasil pemeriksaan berdasarkan pengakuan saksi, kain yang dibakar sejumlah orang itu bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), organisasi yang dilarang pemerintah. ”Berdasarkan hasil pemeriksaan bahwa bendera yang diambil dan dibakar itu bendera HTI,” ujar Kapolda. Kabid Humas Polda Jabar Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko menjelaskan pernyataan Agung soal bendera HTI itu berdasarkan keterangan saksi. ”Kenapa Bapak (Kapolda) bilang itu, ya ada petunjuk keterangan. Kita berdasarkan petunjuk dan keterangan saksi,” ucap Truno. Selain keterangan saksi, polisi juga mendapat petunjuk dari video yang beredar. Menurut dia, keterangan saksi dan petunjuk itu akan dianalisa dengan mengundang ahli. ”Keterangan ditambah petunjuk nanti ada keterangan ahli. Nah besok digelarkan,” kata Truno. Terpisah, Ketua GP Ansor Kota Bogor Rahmat Imron Hidayat menyerahkan insiden pembakaran bendera diduga milik salah satu organisasi yang bertuliskan kalimat tauhid ke penegak hukum. Ia mengaku insiden tersebut sudah ditangani dan pihaknya menghormati proses hukum yang sedang berjalan. “Ini kan sudah ada proses hukum. Kami taat aturan hukum. Gitu saja,” kata lelaki yang akrab disapa Romi kepada Metropolitan, kemarin. Menurutnya, isu pembakaran memang sengaja digoreng dan menjadi liar. Romi juga menilai ada kelompok yang ingin memanfaatkan situasi ini dan mengambil keuntungan. “Ini kan ada yang menggoreng. Isu ini jadi liar. Ada kelompok sakit hati ke Ansor maupun Banser yang ingin memanfaatkannya. Kondisi memang memanas, tapi kami tetap membantu keamanan di Kota Bogor. Kami tidak reaksioner terhadap aksi tersebut,” ungkapnya. Di samping itu, Romi membeberkan adanya aksi perobohan plang PCNU Kota Bogor di Sempur pada Senin (23/10) malam. Aksi ini dinilainya berkaitan dengan insiden pembakaran bendera sehingga dirinya meminta kepolisian segera mengusut perobohan plang tersebut. “Ada yang merobohkan plang PCNU di Sempur, kemarin malam. Intinya sangat menyayangkan orang-orang yang memancing kekisruhan di balik insiden ini. Kami meminta polisi segera menuntaskan perobohan plang PCNU karena bagian dari marwah NU sendiri. Jangan sampai melebar ke mana-mana. Ada kelompok yang memang sakit hati ke Banser dan Ansor karena kita memang lantang terhadap isu pembubaran organisasi yang bertentangan dengan Pancasila,” pungkas Romi. (fin/ryn/c/feb/run)