METROPOLITAN - Sore itu, hati dan pikiran Noviani tak tenang setelah membaca pesan berantai WhatsApp (WA) yang menghampiri ponselnya. Ibu rumah tangga asal Kota Bogor itu khawatir anaknya menjadi korban penculikan seperti pesan yang dibacanya. Ia pun semakin resah setelah tahu pelaku yang disebut-sebut penculik anak ternyata hanya kabar bohong. Sejak seminggu lalu beredarnya foto pelaku penculik anak yang babak belur, sedikit membuat kaum ibu lega. Dalam foto itu tampak pria berkaus biru lebam di bagian wajah. Namun faktanya, ia bukan penculik tapi pencuri hp di Babakanmadang, Kabupaten Bogor. Ibu-ibu pun kembali waspada. Apalagi ada juga broadcast penculikan siswa SD di Cilodong, Depok. Polisi telah mengecek ke lokasi dan pihak sekolah menyatakan tidak ada siswanya yang diculik. Isu penculikan juga menyebar di Bandung, Banyumas hingga Kudus. Setelah dicek polisi, tidak terbukti ada penculikan seperti kabar viral di media sosial. “Saya takut anak saya jadi korban penculikan, apalagi dia masih tujuh tahun yang senang main dan belum ngerti apa-apa. Kalau yang dihajar itu bukan penculik, berarti kemungkinan penculik masih berkeliaran dong,” ujar Noviani dengan wajah pucat. Selain itu, ada pula kejadian di Cipinangmuara, Jakarta Timur. Beredar video CCTV seorang pria diduga penculik siswi SMP. Namun, polisi menyebut itu bukanlah penculikan melainkan penipuan bermodus pinjam hp. Di Bintaro, seorang perempuan diamankan karena diduga mencoba menculik anak-anak. Polisi lalu melakukan assessment dan perempuan itu ternyata mengalami gangguan jiwa. “Harusnya pesan-pesan ini jangan dikirim-kirim ke WA, bikin orang takut saja. Kita yang tidak apa-apa jadi lebih takut kalau anak kita berangkat keluar rumah. Untuk berangkat sekolah saja, besok mau saya antar,” ujarnya. Sementara itu, warga Kabupaten Bogor berharap pelaku penyebar hoaks soal penculikan anak di wilayah mereka bisa tertangkap. Sebab, apa yang dilakukannya sudah membuat ibu-ibu resah dan menjadi curigaan. Warga Cibinong, Dian (28), mengaku sempat resah dengan informasi penculikan anak yang belakangan ramai tersebar di grup WhatsApp. ”Iya, informasi penculikan anak yang kabarnya pelaku selain menculik juga membunuh dan memotong-motong, kemudian mengambil organ tubuhnya untuk dijual,” tuturnya. Saat itu, ibu-ibu di grup WhatsApp juga menanyakan kebenaran informasi tersebut. Tak lama kemudian, beredar lagi informasi pelaku penculikan anak di Cimahpar ditangkap dan babak belur dikeroyok warga. ”Namanya ibu-ibu seperti saya yang punya anak kecil pasti panik dan khawatir. Tapi saat itu juga saya langsung cari tahu kebenarannya, tidak menyebarkan informasi begitu saja. Syukur kalau gitu, kalau ternyata informasi itu hoaks,” ungkapnya. Hal senada diungkapkan Nuryati (40), warga Kedunghalang, Bogor Utara, Kota Bogor. Pihaknya berharap aparat kepolisian segera menindaklanjuti informasi hoaks yang sudah meresahkan warga, khususnya ibu-ibu yang memiliki anak di bawah umur. Terkait maraknya kabar penculikan anak, polisi mengimbau warga selalu waspada. Namun, warga juga diminta tidak menyebarkan kabar hoaks atau kabar yang belum dapat dipastikan kebenarannya. “Jangan dulu percaya dengan kabar isu penculikan anak, karena informasi yang terjadi di Kabupaten Bogor waktu belum lama ini hanya kabar hoaks,” kata Kapolres Bogor AKBP AM Dicky kepada Metropolitan. Dicky meminta masyarakat segera melapor jika ada kasus penculikan kepada pihak kepolisian terdekat. Bukan menyebarkan pesan berantai kepada masyarakat yang lainnya, yang membuat resah masyarakat. Seperti yang terjadi di Bojonggede. Pada sebaran itu juga ditulis bahwa anak-anak diculik untuk diperjualbelikan organ tubuhnya serta disebutkan bahwa pelaku berhasil ditangkap dan diamankan Polsek Bojonggede disertai foto. “Ketika kita cek ternyata tidak ada, bahkan petugas dari Polsek Bojonggede juga mengaku bahwa warga yang banyak menghubungi polsek tersebut rata-rata adalah orang tua yang khawatir gara-gara kabar hoaks ini,” terangnya. Ia juga meminta masyarakat bisa memilih informasi dengan disertai filter. “Kita lihat siapa yang memberikan informasi, apa informasinya, dari situ kan bisa kita lihat. Makanya kita mengedepankan media-media mainstream. Kan bisa dicek, kalau memang seperti itu pasti ada kan di media mainstream. Kalau nggak ada di media mainstream, inilah yang patut dipertanyakan,” kata Dicky. Hal senada diungkapkan Kabagpenum Polri Kombes Syahar Diantono. Ia mengatakan, maraknya berita hoaks penculikan, masyarakat harus lebih cerdas dan teliti. “Namanya juga berita hoaks, berita tidak benar yang disebarluaskan. Kita masyarakat jangan cepat percaya, harus mengklarifikasi, harus pandai, harus cerdas dari mana sumber info itu,” paparnya. Karena itu, Kombes Syahar mengajak masyarakat melakukan verifikasi sebelum ikut menyebarkan kabar seperti itu. Namun, waspada juga perlu. Jika melihat gerak gerik orang mencurigakan, warga diminta melapor ke polisi. “Jangan cepat resah dan bereaksi berlebihan dan ikut sebar luaskan. Nanti malah kita terlibat berita hoaks itu. Tetapi masyarakat juga harus tetap waspada di mana pun, dalam keadaan apa pun. Semisal saat membawa anak-anak yang usianya masih di bawah umur. Manakala ada orang tak dikenal dengan gerak gerik mencurigakan, segera laporkan ke kepolisian terdekat,” pintanya. Selain itu, Syahar mengaku pihak kepolisian pun akan memburu penyebar informasi hoaks. Hal itu karena dengan kabar yang beredar tersebut cukup meresahkan masyarakat, khususnya ibu-ibu yang memiliki anak kecil. “Kita mendapatkan laporan dari polres-polres, banyak sekali laporan yang masuk,” pungkasnya. (dtk/mam/run)