Senin, 22 Desember 2025

Anak Jalanan Kena Wabah Mabuk Pembalut

- Jumat, 9 November 2018 | 10:29 WIB

METROPOLITAN - Wabah mabuk pembalut tak cuma terjadi di Jawa Tengah, tetapi juga di ibu kota. Badan Narkotika Nasional (BNN) telah mengindikasikan wabah ini juga terjadi di Jawa Barat dan DKI Jakarta. Fenomena ini menjangkiti anak-anak dan remaja jalanan. Bagaimana dengan Bogor? Wabah mabuk menggunakan pembalut wanita ini biasa dila­kukan anak-anak dan remaja jalanan. Mereka merebus pem­balut terlebih dulu lalu meminum air rebusannya untuk menda­patkan efek mabuk. Tren ini menggejala diduga karena semakin mahalnya pil koplo, termasuk lem dan obat batuk cair yang sebelumnya bi­asa digunakan anak-anak jalanan itu untuk mabuk. Deputi Bidang Pemberantasan BNN Irjen Arman Depari menga­ku pihaknya terus mendalami kasus remaja mabuk rebusan pembalut. ”Kami memang me­nerima informasi itu. Memang tidak hanya di Jawa Tengah tapi di Jawa Barat dan sekitar Jakarta kita juga menemukan,” kata Ar­man. Menurutnya, ada kecenderung­an anak-anak meminum air re­busan pembalut sebagai bahan pengganti narkoba. “Ini masih dalam pendalaman kita. Di Ka­rawang, Bekasi dan Jakarta Timur, kita dapatkan informasi,” ujar Arman. Untuk diketahui, pembalut se­benarnya adalah barang yang legal beredar di masyarakat. Ka­rena itu, Depari mengaku BNN masih mengkaji fenomena ter­sebut dari berbagai aspek, ter­masuk aspek hukum. Dalam proses penyelidikan kasus seperti ini, jelasnya, BNN akan mengkaji aturan yang ber­laku serta menelusuri alasan pelaku menyalahgunakan produk tersebut. Pelaku bisa dijerat hukum jika ada unsur kesengajaan penya­lahgunaan barang menjadi nar­kotik. Sebaliknya, BNN akan memberi perlakuan berbeda jika penyidik menemukan unsur ketidaksengajaan. ”Kalau misalnya di situ ada pelanggaran hukum atau memang ada ketidaksengajaan, itu memang berbeda cara penanganannya,” ujarnya. Lalu bagaimana kondisinya di Bogor? Kepala Seksi Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat Badan Narkotika Nasional Ka­bupaten (BNNK) Bogor Rika Indriati Roamer juga mengaku masih mendalami berkembang­nya wabah mabuk air rebusan pembalut. Sebab hingga kini belum ada kajian yang membahas kandun­gan dalam pembalut hingga bisa membuat orang yang men­gonsumsinya mengalami halu­sinasi berlebih alias nge-fly. “Dalam waktu dekat ini kita akan sesegera mungkin mendalami kasus ini. Mungkin dalam waktu beberapa hari ini kami akan me­nyelidiki kandungan pasti di dalamnya. Apakah ada unsur narkotika atau tidaknya, kita be­lum bisa pastikan,” bebernya. Mengenai kasusnya di Bogor, Rika juga mengaku masih ber­koordinasi dengan Dinas Sosial (Dinsos). “Kita belum sampai ke sana,” akunya. Adanya keterlibatan anak jala­nan (anjal) dalam beberapa ka­sus mabuk air pembalut, juga ditanggapi serius Kepala Dinsos Kota Bogor Azrin Syamsudin. Ia mengaku telah mendengar ada­nya tren tersebut. Untuk itu, Azrin mengaku akan memperketat penjaringan anjal di Kota Hujan sebagai langkah pencegaan. “Tentu kita akan perketat semuanya, kita akan libatkan semua elemen yang ada untuk ikut terlibat mencegah, agar kejadian tersebut tidak terjadi di wilayah kami,” paparnya. Sementara di Jawa Tengah, Ke­pala Bidang Pemberantasan BNN Provinsi Jawa Tengah Ajun Komisaris Besar Suprinarto mengaku sulit menjerat para pelaku yang melakukan mabuk pembalut. ”Kami tidak bisa menindak mereka, tindakan hukum tidak bisa, karena barang yang diguna­kan legal dan bukan narkotika atau psikotropika,” kata Suprin­arto. Yang bisa dilakukan saat ini, tuturnya, yakni mengedukasi masyarakat agar tidak menya­lahgunakan produk tersebut. ”Langkah kami yang bisa ya memberikan edukasi kepada mereka bahwa itu perilaku me­nyimpang yang merugikan kese­hatan,” ujarnya. Ia menegaskan belum mengetahui secara pasti kandungan zat dalam pembalut wanita tersebut. Meski demikian, fenomena ini telah terjadi dan ada salah satu anak yang telah mengaku mabuk dengan cara mengonsumsi cairan dari hasil rebusan pembalut wanita. ”Men­urut mereka, pembalut yang berbentuk punya sayap ini yang lebih manjur untuk bisa mem­buat nge-fly. Ini ada kandungan gel. Apakah penyebabnya gel ini atau gimana, kita belum tahu,” pungkasnya. (de/ogi/c/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X