METROPOLITAN - Wabah mabuk pembalut tak cuma terjadi di Jawa Tengah, tetapi juga di ibu kota. Badan Narkotika Nasional (BNN) telah mengindikasikan wabah ini juga terjadi di Jawa Barat dan DKI Jakarta. Fenomena ini menjangkiti anak-anak dan remaja jalanan. Bagaimana dengan Bogor? Wabah mabuk menggunakan pembalut wanita ini biasa dilakukan anak-anak dan remaja jalanan. Mereka merebus pembalut terlebih dulu lalu meminum air rebusannya untuk mendapatkan efek mabuk. Tren ini menggejala diduga karena semakin mahalnya pil koplo, termasuk lem dan obat batuk cair yang sebelumnya biasa digunakan anak-anak jalanan itu untuk mabuk. Deputi Bidang Pemberantasan BNN Irjen Arman Depari mengaku pihaknya terus mendalami kasus remaja mabuk rebusan pembalut. ”Kami memang menerima informasi itu. Memang tidak hanya di Jawa Tengah tapi di Jawa Barat dan sekitar Jakarta kita juga menemukan,” kata Arman. Menurutnya, ada kecenderungan anak-anak meminum air rebusan pembalut sebagai bahan pengganti narkoba. “Ini masih dalam pendalaman kita. Di Karawang, Bekasi dan Jakarta Timur, kita dapatkan informasi,” ujar Arman. Untuk diketahui, pembalut sebenarnya adalah barang yang legal beredar di masyarakat. Karena itu, Depari mengaku BNN masih mengkaji fenomena tersebut dari berbagai aspek, termasuk aspek hukum. Dalam proses penyelidikan kasus seperti ini, jelasnya, BNN akan mengkaji aturan yang berlaku serta menelusuri alasan pelaku menyalahgunakan produk tersebut. Pelaku bisa dijerat hukum jika ada unsur kesengajaan penyalahgunaan barang menjadi narkotik. Sebaliknya, BNN akan memberi perlakuan berbeda jika penyidik menemukan unsur ketidaksengajaan. ”Kalau misalnya di situ ada pelanggaran hukum atau memang ada ketidaksengajaan, itu memang berbeda cara penanganannya,” ujarnya. Lalu bagaimana kondisinya di Bogor? Kepala Seksi Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Bogor Rika Indriati Roamer juga mengaku masih mendalami berkembangnya wabah mabuk air rebusan pembalut. Sebab hingga kini belum ada kajian yang membahas kandungan dalam pembalut hingga bisa membuat orang yang mengonsumsinya mengalami halusinasi berlebih alias nge-fly. “Dalam waktu dekat ini kita akan sesegera mungkin mendalami kasus ini. Mungkin dalam waktu beberapa hari ini kami akan menyelidiki kandungan pasti di dalamnya. Apakah ada unsur narkotika atau tidaknya, kita belum bisa pastikan,” bebernya. Mengenai kasusnya di Bogor, Rika juga mengaku masih berkoordinasi dengan Dinas Sosial (Dinsos). “Kita belum sampai ke sana,” akunya. Adanya keterlibatan anak jalanan (anjal) dalam beberapa kasus mabuk air pembalut, juga ditanggapi serius Kepala Dinsos Kota Bogor Azrin Syamsudin. Ia mengaku telah mendengar adanya tren tersebut. Untuk itu, Azrin mengaku akan memperketat penjaringan anjal di Kota Hujan sebagai langkah pencegaan. “Tentu kita akan perketat semuanya, kita akan libatkan semua elemen yang ada untuk ikut terlibat mencegah, agar kejadian tersebut tidak terjadi di wilayah kami,” paparnya. Sementara di Jawa Tengah, Kepala Bidang Pemberantasan BNN Provinsi Jawa Tengah Ajun Komisaris Besar Suprinarto mengaku sulit menjerat para pelaku yang melakukan mabuk pembalut. ”Kami tidak bisa menindak mereka, tindakan hukum tidak bisa, karena barang yang digunakan legal dan bukan narkotika atau psikotropika,” kata Suprinarto. Yang bisa dilakukan saat ini, tuturnya, yakni mengedukasi masyarakat agar tidak menyalahgunakan produk tersebut. ”Langkah kami yang bisa ya memberikan edukasi kepada mereka bahwa itu perilaku menyimpang yang merugikan kesehatan,” ujarnya. Ia menegaskan belum mengetahui secara pasti kandungan zat dalam pembalut wanita tersebut. Meski demikian, fenomena ini telah terjadi dan ada salah satu anak yang telah mengaku mabuk dengan cara mengonsumsi cairan dari hasil rebusan pembalut wanita. ”Menurut mereka, pembalut yang berbentuk punya sayap ini yang lebih manjur untuk bisa membuat nge-fly. Ini ada kandungan gel. Apakah penyebabnya gel ini atau gimana, kita belum tahu,” pungkasnya. (de/ogi/c/feb/run)