METROPOLITAN - Pembangunan proyek Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta sudah mencapai 97,57 persen pada akhir November 2018.
Direktur Utama PT MRT Jakarta William P Sabandar menyatakan, proses pembangunan masih sesuai target yang direncanakan. Saat ini, para pekerja fokus mengerjakan konstruksi fisik yang belum selesai pada sejumlah stasiun, seperti interior, tangga dan pintu masuk.
”Ada daerah-daerah yang belum selesai, misalnya entrance (pintu masuk) pada beberapa stasiun. Kalau dilihat di sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin ada entrance yang sedang kami kerjakan,” beber William.
Pihak MRT Jakarta, lanjut William, telah mengusulkan biaya tiket kereta cepat MRT Jakarta bagi para penumpang di bawah harga Rp10.000 per orang.
”Kita sudah ngajuin Rp8.500. Kita sudah dapat rekomendasi dari Dewan Transportasi Kota Jakarta dan positif arahnya mendukung usulan dari MRT,” tutur William.
Menurutnya, masalah tiket kereta MRT itu memang harus ada keputusan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga. ”Karena kan nanti kaitannya dengan subsidi yang diberikan pemerintah terhadap penumpang,” katanya.
Ia menargetkan keputusan harga tiket penumpang MRT Jakarta harus rampung bulan depan karena akan masuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2019.
”Harus Desember, karena itu kan masuk APBD 2019. Subsidinya itu harus dialokasikan di APBD 2019. Sudah harus selesai, DPRD (DKI Jakarta, red) sudah harus ketuk palu. Katanya sih 13 Desember tapi saya nggak tahu,” ujarnya.
Hingga kini sudah ada 12 rangkaian kereta MRT. ”Per hari ini, kita sudah punya 12 rangkaian kereta,” jelas Silvia Halim di Stasiun Dukuh Atas, Kamis (29/11/2018).
Sebagai informasi, kereta MRT buatan produsen asal Jepang, Nipon Sharyo, ini dikirim secara bertahap ke Jakarta sejak April hingga Desember 2018. Pada 4 April 2018, dua rangkaian kereta pertama tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Lalu empat rangkaian kereta tiba pada 18 Agustus, tiga rangkaian kereta pada 16 Oktober dan tiga rangkaian lainnya pada 14 November. (kps/feb/run)