Senin, 22 Desember 2025

Tukang Urut di Pusaran Cebong dan Kampret

- Rabu, 9 Januari 2019 | 07:42 WIB

oleh : EKA RUDI WIBOWO

METROPOLITAN - JAGAT dunia maya saat ini tengah dihebohkan dengan kemunculan sosok seorang lelaki paruh baya yang berprofesi sebagai tukang urut yang ngocol. Melalui pelbagai quotes nya yang mengocok perut hingga kritik sosial yang sederhana namun bermakna, Nurhadi-Aldo menghiasi detik, menit, jam dan hari para pengiat dunia maya di Indonesia.

Melalui akun Nurhadi-Aldo yang mengklaim diri sebagai calon alternatif di Pilpres 2019. Kemunculan perdananya awal tahun ini pun, langsung mendapatkan ruang di hati masyarakat Indonesia.

Akun yang mengunggah beberapa konten serupa kampanye untuk dirinya sendiri, dengan isi yang jadi bahan candaan itu langsung viral. Bahkan hari ini, di salah twitter menjadi tranding topic dengan nomor urut satu meski hanya bertahan bebeberapa jam dengan taq line Nurhadi Aja.

Kemunculan akun candaan politik ini pun, seolah menjadi oase ditengah gersangnya pertarungan dua hewan antara suporter kampret dan cebong. Kedua suporter ini lebih ekstrem dan fanatik dibandingkan dengan suporter olahraga mana pun di negeri ini. Kemunculan dua suporter yang ada sejak Pilkada DKI 2017 silam itu, hingga kini telah beranak pinak bahkan telah memiliki cabang dan rayon untuk ditingkat Rumah Tangga (RT).

Tentu kemunculan akun candaan seperti Nurhadi-Aldo ini, seolah menjadi alternatif bagi masyarakat ditengah hingar bingar pemilihan presiden saat ini. Dengan bernomorkan 10, Nurhadi-Aldo bersama koalisi Indonesia Tronjal Tronjol Maha Asyik, berhasil membuktikan bahwa masyarakat Indonesia adalah penguasa di jagat maya. Meski ada yang menyebut akun ini hanya sebatas hiburan masyarakat yang lahir dari keisengan dan kreativitasnya, seperti para pencinta Kpop yang meracuni anak bangsa dengan tarianya yang alay.

Mungkin masyarakat Indonesia sudah mulai bosan dengan dicekokinya berita politik antara media si Merah dan Biru yang secara gamblang memberitakan masing-masing calon andalannya.

Tak hanya itu, kejumutan akan suguhan caci maki antara para cebong dan kampret menjadi preseden buruk bagi bangsa. Baik tokoh politik, pemuka agama, pejabat, hingga rakyat biasa saling serang secara terang-terangan, tanpa menghiraukan batasan diantara mereka.

 Saya yakin masyarakat saat ini begitu muak melihat tingkah laku para elitnya yang tak lagi memperdulikan etika apalagi agama. Semua bisa terbeli dengan kekuasaan tanpa harus menghargai sang penjual dan pembuat.

Dan pesan-pesan lucu yang dibuat oleh seorang tukang urut ini, berhasil membius pendukungnya di Facebook sejak mendirikan komunitas angka 10 dari Desember 2018. Apalagi, selama ini sejak Pilpres head to head yang hanya diikuti dua pasangan presiden 2014 silam, kampanye hanya diisi soal-soal yang private dan saat ini semua seolah membuka aurat. Mulai dari persoalan agama hingga tata cara ibadah seseorang pun ikut dipersoalkan.

Isu demi isu itulah yang membuat saya berkeyakinan bahwa banyak penjahat sosial yang ikut terjun meramaikan dunia politik hari ini. Sindirian-sindiran yang terlontar memalui kata-kata mutiara pasangan NurhandiAldo itu, dalam hitungan hari langsung mengisi ruang publik pemikiran masyarakat di negeri ini. Tanpa harus membayar sponsor untuk mempromosikan candaan sang tukang urut tersebut.

Semoga para elit politik bangsa ini bisa semakin dewasa dalam menyikapi pertarungan yang bisa menyebabkan kehacuran bagi Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Karena jika setiap hari publik dipertontokan dagelan-dagelan politik tak bermutu, maka pemikiran dan kata mutiara dari Nurhadi-Aldo lah yang bakal menjelma menjadi kekuatan sosial untuk menumpas mereka. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X