METROPOLITAN - Musim hujan belum juga reda. Curah hujan bahkan cenderung meningkat setiap harinya, mulai pagi hingga malam, yang sudah berlangsung sejak awal tahun.
Seiring dengan itu, kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) juga meningkat karena jumlah nyamuk aedes aegypti yang tumbuh subur di musim hujan. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor mencatat, dalam tiga minggu terakhir sudah ada 150 orang terkena. Hal itu pun membuat Pemerinpenyakit mematikan tersebut. tah Kabupaten (Pemkab) Bogor meningkatkan upaya menekan angka korban DBD supaya tidak meningkat drastis. Apalagi jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2018 lalu, tercatat laporan pasien DBD hanya berada di kisaran 40-50 laporan. Artinya ada peningkatan lebih dari 100 persen di periode yang sama, yakni Januari. ”Bulan ini juga puncaknya musim hujan. Hampir semua wilayah di Jawa Barat itu ada peningkatan jumlah (pasien DBD, red). Termasuk di kita,” kata Kepala Bidang Pencegahan, Pemberantasan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan (P2PKL) pada Dinkes Kabupaten Bogor, Agus Fauzi, saat ditemui Metropolitan di Pendopo, Kompleks Pemkab, kemarin. Ia menambahkan, dari jumlah kasus laporan yang ada sejak tiga minggu lalu itu, titik paling banyak berada di wilayah Cibinong dan Cileungsi. Kontur wilayah yang cenderung rendah serta jumlah kepadatan penduduk yang tinggi, dianggap menjadi salah satu penyebab tingginya angka penyebaran DBD di dua wilayah tersebut. Bahkan, sambung Agus, pihaknya memperkirakan curah hujan dan potensi peningkatan penyakit DBD akan berlangsung hingga Maret mendatang. Sehingga Pemkab Bogor pun akan segera membuat surat edaran bupati, kepada semua, rumah sakit dan puskesmas se-Bumi Tegar Beriman untuk meningkatkan kewaspadaan tren penyakit DBD. ”Bentuk kewaspadaannya, penyuluhan perilaku hidup sehat. Termasuk soal tumpukan sampah, ban bekas, kaleng bekas di beberapa wilayah padat penduduk. Makanya kita buat posko di kantor, hasilnya ya tiga minggu 150 orang,” ucapnya. Kerja sama lintas sektoral juga diperlukan, termasuk wilayah dan kecamatan. Agar upaya deteksi dini bisa diupayakan, menekan angka pasien. ”Ketika ketemu korban, epidemologi, kita bisa lakukan tindakan preventif hingga penanganan fogging,” paparnya. Tak cuma di Kabupaten Bogor, jumlah penderita DBD di Kota Bogor juga terus bertambah. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bogor, Senin (21/1/2019), pasien DBD yang dirawat di sejumlah rumah sakit di Bogor sejak awal 2019 mencapai 93 kasus. Bahkan, tiga pasien dikabarkan meninggal dunia akibat terserang virus yang ditularkan nyamuk aedes aegypti tersebut. “Ketiga balita yang meninggal ini adalah pasien di RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah, red) Cibinong, RS Karya Bhakti Pratiwi dan di RS FMC,” kata Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular dan Surveilance (P3MS) Dinkes Kota Bogor Sari Chandrawati. Sari menjelaskan, saat ini Dinkes telah menggelar aksi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara serentak pada Ahad (20/1). Dalam aksi tersebut, pihaknya melibatkan jajaran pejabat dan petugas dari unsur kecamatan serta kelurahan, puskesmas dan masyarakat. Sari mengatakan, dengan adanya kasus penyebaran virus dengue di sekolah, PSN yang berlangsung juga dilakukan di sekolah-sekolah. Berdasarkan data Dinkes Kota Bogor, jelasnya, terdapat 727 penderita DBD secara akumulatif pada 2018. Usia rentan yang dapat terjangkit DBD berada di usia lima hingga 14 tahun. “Sebanyak 403 kasus atau 55,4 persen kasus DBD adalah anak usia sekolah, di kisaran sekolah TK, SD dan SMP,” kata Sari. Meski terjadi lonjakan jumlah penderita DBD dalam waktu singkat, Sari menegaskan hingga kini kasus tersebut belum berubah status menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Di mana pada tahun tersebut, sebanyak 1.125 penderita DBD dengan kasus kematian mencapai sebelas orang, tertinggi dari jumlah kasus kematian yang pernah ada di Kota Bogor dalam kurun lima tahun terakhir. Adanya musim pancaroba, tuturnya, harus digalakkan secara serius oleh masyarakat dalam gerakan PSN. Pasalnya, angka bebas jentik di Kota Bogor baru mencapai 92,5 persen dari target yang harusnya berada di 95 persen. (ryn/c/rep/feb/run)