Senin, 22 Desember 2025

Pengamat: KPU Harus Gencar Sosialisasikan Caleg DPD

- Rabu, 13 Februari 2019 | 08:15 WIB

METROPOLITAN - Tidak familiarnya para calon anggota DPD dari Dapil Jawa Barat membuat se­jumlah pengamat politik angkat bicara. Salah sa­tunya Yusfitriadi. Ia menjelaskan ada tiga hal yang menjadikan isu DPD di pemilu 2019 tenggelam. Pertama, secara kelembagaan DPD tidak dikenal masyarakat. Perangkat-perangkat parlemen yang sering menjadi bahan sosialisasi lebih ke DPR. Sehingga peran dan fungsi DPD kurang tersosia­lisasikan dan hanya sebagian kecil masyarakat yang mengetahuinya.

Kedua, pemilu serentak terfokus pada pilpres sehingga DPD semakin kurang diminati masy­arakat karena ingar-bingar caleg pun berkurang. Ketiga, tidak ada ruang yang kuat, baik yang disediakan penyelenggara pemilu maupun calon DPD untuk bersosialisasi secara masif seperti calon DPR.­ “Jadi mereka kampanye sen­diri-sendiri. Misal tidak ada rapat umum untuk DPD sehingga masyarakat semakin tidak menge­nal. DPD semakin tenggelam di tengah hiruk pikuk pilpres,” kata Yusftriadi. Untuk tingkat keterpilihan, direktur Democracy Electoral and Empowerment Partnership (DEEP) itu mengaku ada dua pandangan. Pertama, banyak calon DPD yang mendompleng nama partai sehingga kampa­nyenya sekaligus digabung dengan kampanye caleg. Selain itu, se­jumlah calon juga mengarah pada partai politik tertentu, ba­hkan digadang-gadang ikut di-support partai. “Ada juga stigmatisasi DPD dari partai mana, misal ada sem­palan dari salah satu partai. Ini akan sedikit banyak berpengaruh juga. Apalagi di tengah gencarnya politik identitas. Ada kemungkinan DPD juga mengkristal di dua kubu, Jokowi dan Prabowo,” te­rangnya. Senada, Direktur Eksekutif Per­kumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi An­graini memaparkan, tidak dike­nalnya DPD di kalangan pemilih dipengaruhi tiga faktor besar. Pertama, kinerja dari DPD itu tersendiri yang sebagian besar tidak dirasakan atau bahkan tidak diketahui masyarakat. Kedua, dominasi akan ramai­nya pesta demokrasi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan pemilihan presiden (pilpres) terlalu tinggi di kalangan masy­arakat. Sehingga fokus dan per­hatian masyarakat hanya ter­tuju pada pemilihan DPR dan presiden. Ketiga, luasnya wi­layah dinilai menjadi faktor yang menyulitkan calon untuk meny­ambangi masyarakat. “Calon DPD maju independen atau berdiri sendiri tanpa ban­tuan partai politik atau kendar­aan politik lainnya. Jadi saya rasa tiga faktor itu yang meny­ebabkan kurang terkenalnya DPD di kalangan masyarakat luas dan para pemilih,” katanya saat di­konfirmasi Metropolitan, kema­rin. Kejadian atau fenomena ter­sebut tidak hanya di Bogor, me­lainkan hampir di seluruh wi­layah Indonesia. Tentu ini perlu menjadi perhatian khusus bagi mereka penyelenggara pesta demokrasi. “Fenomena itu saya rasa tidak hanya terjadi di Bogor saja. Hampir di seluruh wilayah Indonesia terjadi hal seperti itu,” tegasnya. Menurut Titi, hal tersebut men­jadi catatan khusus bagi Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk dapat mendistribusikan infor­masi yang masif kepada masy­arakat. “KPU harus memperba­nyak kanal media untuk bisa diakses para pemilih, khususnya data calon DPD. Semuanya ha­rus bisa terunggah di sejumlah portal informasi dan daring KPU, juga dapat diakses masyarakat luas,” ungkap Titi. (fin/ogi/c/mam/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X