METROPOLITAN - Reni Novita Dewi nekat melompat dari lantai 17 Apartemen Margonda Residence (Mares) 5, Kota Depok, sekitar pukul 18:45 WIB kemarin. Warga asal Kampung Pabuaran, Bojonggede, itu diduga mengakhiri hidupnya karena tak kuat menahan bully-an yang diterimanya. Hal itu diketahui melalui curhatan mahasiswi berusia 23 tahun itu di media sosial miliknya.
Pantauan di media sosialnya, Reni pernah mencurahkan perasaannya pada Februari 2019. “Koo manusia julid itu dimana mana ya. Ga di WhatsaApp ga di facebook. Suka lucu aja,” tulisnya. Kemudian korban juga diketahui berencana bunuh diri dan menuliskan di dinding media sosialnya. “Masalah terus menghantam bertubi-tubi. Dalam hati rasa ingin bunuh diri. Siapa yang sebenarnya korban disini? Kenapa semua membully? Seakan sayalah tersangka utamanya,” imbuhnya. Menanggapi hal itu, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengatakan, dampak dari bullying sendiri dapat menyebabkan tekanan jiwa terhadap korbannya. Korban bullying juga menjadi tidak percaya diri dan bisa sampai pada tindakan agresif. “Bullying ini bisa menyebabkan seseorang bunuh diri karena dia merasa tertekan dan merasa tidak ada lagi tempat baginya di dunia ini,” katanya ditemui usai acara Program Generasi Titanium Indonesia 5.0 di Vokasi Universitas Indonesia (UI) Depok, kemarin. Dampak dari cyber bullying sendiri, jelasnya, sudah banyak terjadi. Sehingga orang terdekat harus menjadi garda terdepan sebagai penolong orang yang dalam kondisi depresi akibat korban bullying. Kuncinya korban bullying atau orang yang terindikasi depresi harus didampingi. Orang terdekat harus peka dan memperhatikan perubahan yang terjadi pada rekannya atau anggota keluarganya. “Kuncinya memang pada pendampingan psikologis. Misalnya orang tua menjadi sahabat anak untuk bercerita, saling terbuka,” ucapnya. Sehingga korban bullying atau orang terindikasi depresi bisa merasa nyaman jika ia bisa mencurahkan isi hatinya pada orang lain. Sebaliknya, jika ia tidak punya tempat maka ia merasa sendiri. ”Dalam kondisi demikian, dia merasa tidak ada tempat lagi dan memutuskan tindakan tersebut (bunuh diri, red),” ungkapnya. Sementara itu, Kepala Satuan Reskrim Polresta Depok Komisaris Deddy Kurniawan menuturkan, dari hasil penyelidikan sementara, tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan atau penganiayaan pada tubuh korban. Dari hasil olah tempat kejadian perkara, ketika petugas memeriksa kamar yang disewa korban di nomor 1719, kamar itu terkunci dari dalam. Kemudian pintu dibuka paksa oleh petugas engineering. Ketika pintu terbuka, petugas mendapati pecahan gelas di wastafel dan kamar mandi. ”Pintu dalam keadaan terbuka dan ada sebuah kursi warna merah, yang diduga sebagai tumpuan korban loncat. Sementara diduga bunuh diri. Namun untuk memastikan itu, korban sekarang dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramatjati untuk diautopsi,” kata Deddy. (sin/viv/rez/run)