BILA kita melihat fenomena maraknya aktivitas (formal) dakwah, khususnya pada dua dasawarsa terakhir ini, sekurang-kurangnya ada tiga permasalahan penting sehubungan dengan kenyataan masih sangat rendahnya tingkat apresiasi masyarakat sosial politik sebagai salah satu instrument penting kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketiga agenda yang sangat penting itu adalah : 1 ). Berkaitan dengan pola-pola pengembangan dakwah yang selama ini dilakukan oleh juru dakwah, baik secata indivimuslim. Terutama dalam bidang dual atau secara kelembagaan; 2). Berkaitan dengan cakupan materi yang disampaikan pada setiap kesempatan dakwah; 3). Perlunya dirumuskan suatu pendekatan dakwah alternatif dalam memperkenalkan Islam secara komprehensif.
Karena itu, proses perubahan masyarakat yang berlangsung sebagai akibat dari modernisasi kehidupan, tampaknya belum dapat terantisipasi oleh gerakan dakwah yang selama ini dilakukan, khususnya oleh para da’i. Terpaan media massa yang lebih banyak menyebarkan pesan-pesan yang kurang bahkan tidak menguntungkan bagi pembinaan ummat, akhirnya dapat menggeser peran-peran sosial para pemimpin agama. Aktivitas dakwah konvensional yang hanya mengandalkan media tradisional, selain tidak lagi mampu menyentuh kebutuhan masyarakat kontemporer, juga secara perlahan-lahan akan kehilangan fungsi sosial keagamaan yang biasa diperankannya. Sehingga pada gilirannya akan memunculkan problem-problem yang sangat kompleks. (*)