Minggu, 21 Desember 2025

4 Sniper Sudah Siap Eksekusi

- Selasa, 28 Mei 2019 | 23:54 WIB

METROPOLITAN - Usai menangkap ratusan perusuh pada 22 Mei lalu, pihak kepolisian kembali merilis enam tersangka yang memi­liki tugas khusus, yakni membunuh empat tokoh nasional dan satu pimpinan lembaga survei swasta. Enam tersangka tersebut telah dibekali senjata laras panjang dan pistol ber­jenis revolver serta rompi antipeluru.

Informasi yang dihimpun Metropolitan, empat tokoh nasional tersebut di antaranya Menko Polhukam Wiranto, Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian, anggota DPR RI Adian Napitupulu dan pimpinan Charta Poli­tika Yuniarto Wijaya. Kadiv Humas Polri Irjen Pol Mohammad Iqbal mengatakan, para pembunuh bayaran tersebut sudah menerima uang Rp150 juta. Para tersangka ditang­kap beserta sejumlah barang bukti, seperti senjata api laras panjang dan laras pendek be­serta pelurunya serta rompi anti­peluru. ”Jadi salah satu tersangka sudah beberapa kali mengintai rumah pimpinan lembaga survei itu akan dibunuh,” ujarnya saat memberi keterangan di kantor Menkopolhukam di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, didampingi wakil kepala Pusat Penerangan TNI, Senin (27/5). ­

Para tersangka yang sudah di­tangkap tersebut juga akan mem­bunuh empat tokoh nasional. ”Semua ada dua tokoh nasional yang akan dibunuh. Target sudah diberikan oleh pihak yang me­mesan tersebut,” katanya.

Setelah itu, muncul dua target tokoh nasional lagi yang akan dibunuh. Kelompok pembunuh bayaran tersebut adalah penung­gang gelap aksi 22 Mei 2019. Tu­juan mereka adalah membuat kekacauan atau membuat keru­suhan setelah aksi damai yang berlangsung pagi sampai sore hari pada 21 Mei 2019.

Tetapi, M Iqbal tidak mau me­rinci lebih detail siapa keempat tokoh nasional yang menjadi target pembunuhan tersebut. ”Itu bukan kapasitas saya. Jadi siapa tokoh itu, tidak akan saya sebut­kan,” paparnya.

Ketika ditanya lebih jelas apakah target tersebut Presiden Joko Wi­dodo atau Jokowi, M Iqbal mem­bantahnya. “Bukan Presiden targetnya. Para pelaku tersebut juga telah menerima uang Rp150 juta untuk pembelian senjata laras penjang dan senjata laras pendek. Senjata itu dipesan dari Cipacing, yang merupakan sen­jata rakitan, tetapi sangat mema­tikan,” ujar M Iqbal.

Keenam tersangka yang sudah ditangkap tersebut adalah HK alias Iwan, AZ, IF, TJ, AD dan AF alias Fifi. Keenam tersangka itu masing-masing memiliki peran berbeda. Dalam kesempatan tersebut, M Iqbal juga menjelas­kan senjata api laras panjang dan senjata api laras pendek yang sudah dibeli para tersangka.

Senjata laras panjang yang di­sita dari tersangka juga dilen­gkapi teropong atau teleskop. Senjata itu biasa digunakan para penembak jitu atau sniper. ”Jadi senjatanya ini memang sudah dilengkapi teleskop untuk seniper,” ujarnya.

Terungkapnya pembunuh bayaran tersebut berarti sudah terungkap setidaknya ada tiga kelompok pengacau yang akan menunggangi aksi 22 Mei 2019. ”Jadi kelompok yang sekarang kita rilis ini beda dengan kelom­pok yang sebelumnya sudah dijelaskan Bapak Menkopolhukam dan Bapak Kapolri,” katanya.

Sebelumnya, Menkopolhukam Wiranto dan Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian menjelaskan ada­nya kelompok yang menyelundup­kan senjata ke Indonesia. Sen­jata api itu dilengkapi teleskop dan peredam suara yang biasa digunakan sniper.

Selain itu, kelompok lainnya adalah kelompok teroris yang sudah ditangkap polisi sebelum unjuk rasa pada 21-22 Mei 2019. ”Para tersangka teroris itu sudah bilang ingin manfaatkan mo­mentum demokrasi untuk ber­aksi. Demokrasi menurut paham mereka itu kafir.

Terpisah, politisi PDI Perjuangan Adian Napitupulu melapor ke Bareskrim Polri atas ancaman yang diterimanya melalui media sosial dan pesan singkat. Adian Napitupulu mengaku diancam akan diculik hingga akan dibunuh. Bahkan ancaman itu ditujukan tak hanya kepada dirinya, namun juga kepada Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, Menko Kemari­timan Luhut Binsar Pandjaitan hingga Menkopolhukam Wi­ranto.

”Ancaman-ancaman penculikan, pembunuhan. Yang diancam tidak cuma saya, ada Pak Tito, Pak Luhut, Pak Wiranto. Jadi satu ang­gota DPR, dua menteri, Kapolri yang diancam,” ujar Adian di Bareskrim Polri, Rabu (22/5).

Ia menjelaskan bahwa ancaman itu diterima melalui beragam media sosial, seperti di WhatsApp dan Facebook. Selain itu, ada pula ancaman melalui SMS dan jumlah pesan ancaman yang di­terimanya meningkat selama tiga hari belakangan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X