METROPOLITAN - Puluhan warga Kampung Pasarean, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, mendadak lumpuh. Kasus ini terjadi sudah sejak satu minggu lalu. Sedikitnya ada 90 warga yang menderita kasus serupa.
Sehari-hari, warga hanya bisa berdiam diri sambil berbaring. Mereka mengalami nyeri di persendian yang membuatnya sulit beraktivitas. Belum lagi meriang yang melanda sekujur tubuhnya. Penyakit yang menderita warga Kampung Pasarean ini diduga akibat serangan nyamuk Aedes Albopictus. Warga menderita penyakit Chikungunya. Penyakit tersebut menyerang balita, orang dewasa hingga lansia. “Sudah enam hari ini merasa sakit di seluruh tubuh. Ini tidak bisa apa-apa. Sakit semuanya, sempat demam juga dan pusing,” kata warga Kampung Pasarean, Juju.
Hal senada diungkapkan warga lainnya, Wiwi Alwiah. Ia mengaku awalnya mengalami demam tinggi, kemudian diikuti rasa linu dan nyeri di seluruh persendian. Selanjutnya beberapa bagian tubuh seperti kaki dan tangan sulit digerakkan atau mengalami kelumpuhan mendadak. “Hampir sepekan tidak bisa beraktivitas dengan normal,” katanya.
Ia menuturkan, penyakit seperti ini sudah pernah menyerang warga saat Ramadan lalu. Belakangan, penyakit tersebut mewabah kembali karena banyak warga mengalami nyeri sendi dan demam di sekujur tubuh. “Kalau di keluarga, yang kena saya dan ibu saya. Warga di sini, khususnya RW 01, hampir semua kena,” ucapnya.
Meski sudah dilakukan pengasapan atau fogging sebanyak dua kali, dirinya berharap ada pemeriksaan intensif secepatnya. Tujuannya agar penyakit ini tidak semakin mewabah. “Sudah dua kali fogging tapi itu hanya di luar rumah. Saya sih berharap agar dinas terkait melakukan fogging lagi dalam rumah,” pintanya.
Warga lainnya, Yoki (40), mengaku banyak warga yang sudah mengalami nyeri sendi di sekujur tubuhnya. Selain demam, virus tersebut membuat badan lemas dan tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari. “Kurang lebih seratus orang terkena virus, ini juga baru satu RW. Kalau tidak ditangani, bisa merambat ke kampung lainnya,” ungkapnya.
Sementara itu, Bidan Desa Pasarean Depi Alqomi membenarkan bahwa warganya menderita Chikungunya. Dalam dua bulan terakhir, tercatat ada 90 warga yang sudah menjalani pemeriksaan di posko darurat Chikungunya. ”Sampai hari ini suspect Chikungunya masih terjadi. Tadi ada empat orang yang datang ke posko untuk diperiksa,” kata Depi.
Umumnya, warga mengalami demam dan nyeri sendi secara mendadak di sekujur tubuh. Infeksi virus ini menyerang warga secara bergantian. Setelah sejumlah penderita sembuh, tidak lama berselang muncul penderita baru. ”Bagi yang belum sembuh tapi bisa ke puskesmas, diarahkan untuk ke sana. Tapi kalau ada yang tidak bisa jalan, didatangi ke rumahnya,” ucap Depi.
Namun sejauh ini sebagian besar warga yang diduga terjangkit Chikungunya, kondisi kesehatannya sudah membaik. ”Masih ada (yang belum sembuh, red). Tapi sebagian sudah membaik,” imbuhnya.
Sebab, sambungnya, sejak virus tersebut melanda Kampung Pasarean, Dinas Kesehatan telah dua kali melakukan pengasapan untuk membasmi nyamuk penyebab Chikungunya. ”Kita sudah dua kali lakukan fogging, dan kita juga terus sosialisasikan kepada masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan rumah,” tambahnya.
Camat Pamijahan Rosidin membenarkan warganya menderita penyakit Chikungunya. Kendati begitu, dari 15 wilayah pemerintah desa (pemdes), baru Desa Pasarean yang terdata. “Untuk desa lainnya belum ada laporan gejala virus Chikungunya,” katanya.
Menurutnya, sejak Mei sebanyak 80 warga dari Desa Pasarean memeriksakan diri lantaran mengalami demam yang serupa dengan BDB. “Dari semua warga yang diperiksa tim kesehatan, tidak ada yang dirawat dan sudah diberikan penanganan oleh Puskesmas Pamijahan,” ucapnya.
Kejadian ini baru pertama kali terjadi di wilayah tersebut. Rosidin menuturkan, untuk mengantisipasi virus Chikungunya, pihaknya (Muspika Pamijahan, red) akan semakin gencar menggelar Program Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta menggalakkan gotong-royong untuk membersihkan lingkungan. “Saya juga mengimbau agar masyarakat selalu menggalakkan kegiatan Menguras, Menutup dan Mengubur (3 M) limbah sampah, termasuk selalu menggelar pemberantasan sarang nyamuk,” pintanya.
Ia menambahkan, faktor pancaroba salah satu dampak dari serangan virus ini. “Kami juga menyediakan posko-posko kesehatan untuk antisipasi hal ini. Jadi bisa terdetek cepat kalau ada yang terserang,” ujarnya.