Kecelakaan kerja di proyek Tol Bogor Outer Ring Road (BORR) kembali terjadi. Kini menimpa pekerja Tol BORR Seksi 3A Simpang Yasmin-Simpang Semplak di Jalan Soleh Iskandar, Kecamatan Tanahsareal, kemarin. Akibatnya, dua pekerja mengalami luka ringan hingga berat.
PERISTIWA itu terjadi sekitar pukul 05:15 WIB. Penyebabnya, ada dugaan kelalaian pihak pekerja saat melakukan pengecoran pier head ke-109. Balok penyangga cetakan diduga tidak kuat menahan beban sehingga memunculkan lengkungan yang berujung tumpahnya material beton.
Namun, warga sekitar mengait-ngaitkan kejadian tersebut dengan mistis. Proyek Tol BORR diduga meminta tumbal karena sudah dua kali terjadi kecelakaan kerja dan hampir merenggut korban jiwa. “Iya, ini mah ada nuansa mistisnya,” kata warga Kayumanis, Iqbal.
Sedangkan menurut Gabungan Pelaksana Konstruksi Indonesia (Gapensi), kecelakaan itu diakibatkan kontraktor terburu-buru dalam pengerjaan pembangunan, sehingga mengalami kecelakaan konstruksi. Sekretaris Jenderal Badan Pengurus Gapensi, Andi Rukman, menilai pembangunan proyek dikebut bakal menyebabkan kecelakaan lantaran terjadi kelalaian dalam prosesnya.
”Jadi tujuannya ingin percepatan, tapi pertama harus menjaga kualitas dan keselamatan kerja. Tidak boleh dilalaikan,” katanya. ”Sering kita minta jangan terlalu mengejar target untuk percepatan tapi melalaikan keselamatan kerja,” lanjutnya.
Menurutnya, kejadian itu memang karena kelalaian manusianya yang menggarap proyek tersebut. Ia menilai ada prosedur yang tidak dipenuhi. ”Jadi lagi-lagi ini kejadian pada human error, kelalaian. Jadi kenapa pentingnya konsultan itu harus hadir sebelum mulai pekerjaan, itu pelaksanaan untuk mengecek persiapan-persiapan itu,” ucapnya.
Konsultan itu bertugas memastikan pekerjaan proyek sesuai pedoman yang ada guna memastikan keselamatan kerja. ”Jadi mereka harus melaksanakan pekerjaan sesuai metode kerjanya. Cara pengecoran seperti ini, metodenya seperti ini kan. Bobotnya seperti ini. Nah, (misalnya, red) ini bobotnya nggak boleh lebih sekian ton. Kalau naik kan bobot sekian, ya pasti roboh,” tambahnya.
Menanggapi hal itu, anggota Komite Keselamatan Konstruksi pada KemenPUPR, Lazuardi Nurdin, mengaku belum bisa memastikan penyebab runtuhnya coran yang belum kering tepat di depan Perumahan Tamansari Persada itu, sebelum ada hasil investigasi yang bakal dijalankan beberapa waktu ke depan.
“Nggak lama. Kita belum bisa sebut itu kelalaian atau tidak. Sebab ada tiga poin, bisa karena unsafe condition, bisa unsafe action atau kesalahan saat menjalankan prosedur. Nah, ini yang kita investigasi,” katanya usai meninjau lokasi, kemarin.
Ia mengatakan, peristiwa itu bukan yang pertama terjadi di Indonesia. Namun juga terjadi di beberapa proyek wilayah lain. Yang paling besar yakni disebabkan ambruknya perancah. Karena itu, pihaknya tidak menetapkan target, namun mengklaim secepatnya akan memanggil perusahaan terkait sebelum mengeluarkan rekomendasi. “Ada tiga orang tim kami, kita ambil data lalu uji. Kemudian panggil pihak terkait, bahasan, baru keluar rekomendasi,” ucapnya.
Untuk itu, sambungnya, proyek pembangunan jalan layang sepanjang 2,86 kilometer itu harus terhenti sementara secara total, dengan waktu yang tidak bisa ditentukan. Sembari menunggu hasil investigasi KemenPUPR untuk mencari ‘kambing hitam’ ambruknya coran pembangunan jalan. “Data-data yang kita dapat hari ini (kemarin, red), soal perencanaan hingga pelaksanaan, akan kami bawa ke rapat komite. Kita investigasi secara menyeluruh. Setelah (bahasan, red) itu baru nanti ada hasil berupa rekomendasi,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Direktur Utama PT Marga Sarana Jabar (MSJ) Hendro Atmodjo. Menurutnya, untuk sementara pekerjaan dihentikan total guna mengevaluasi (kegiatan, red) proyek. Evaluasi menyeluruh, sampai ada kejelasan penyebabnya. “Bisa sehari, bisa seminggu atau sebulan. Ya kita tunggu saja, mudah-mudahan tidak lama. Ini kan tiang kesepuluh dari 57 keseluruhan,” katanya.
Meskipun dipastikan molor lantaran menunggu hasil investigasi, Hendro mengklaim pekerjaan masih bisa selesai tepat waktu sesuai Kerangka Acuan Kerja (KAK), yakni Desember 2019. Apalagi proyek dengan nilai kontrak sekitar Rp1,165 triliun itu masuk proyek strategis nasional yang harus rampung tepat waktu. “Lagipula sejak awal desain itu direncanakan dan diasistensikan dengan komite itu. Jadi kami tunggu evaluasi, baru lanjut. Mereka tahu sejak awal desainnya seperti apa,” ujar Hendro.
Di lain hal, dua korban ambruknya tiang beton tersebut, Acil dan Hanif, harus menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit (RS) Hermina. Saat ditemui di lokasi, pihak rumah sakit mengaku tidak bisa memberi keterangan rinci terkait kronologi kejadian yang dialami kedua pekerja itu.