Senin, 22 Desember 2025

SMAN 1 Depak 5 Pelajar Curang

- Selasa, 16 Juli 2019 | 11:01 WIB

METROPOLITAN - Kecurangan lima pelajar yang mendaftarkan diri masuk SMAN 1 Bogor berakhir sudah. Pihak sekolah pun menggugurkan kepesertaan siswa tersebut karena terindikasi menggunakan domisili palsu saat mendaftar melalui Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Online.

Wali Kota Bogor Bima Arya memastikan hal tersebut secara langsung. Menurutnya, ada lima orang yang diduga terindikasi melakukan manipulasi zonasi. Pihak se­kolah sudah mengambil sikap tegas dengan memberi sank­si bahwa siswa tersebut tidak boleh melanjutkan pendidi­kannya di SMAN 1 Kota Bogor dan dipersilakan melanjutkan sekolah di SMA swasta.

“Pihak sekolah sudah meng­gugurkan kepesertaan siswa tersebut. Sanksi yang diberikan pihak sekolah sudah cukup, sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dan kepada mereka dinyatakan tidak bisa berse­kolah lagi di sini, silakan se­kolah di swasta,” kata Bima usai menjadi inspektur ucpa­cara pertama masuk sekolah di SMAN 1 Bogor, kemarin.

Sementara itu, Kepala SMAN 1 Bogor Bambang Aryan Soe­kisno enggan berkomentar mengenai hal itu. Ia lebih me­milih menghindari pewarta usai mengikuti upacara pembukaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di halaman sekolahnya, kemarin.

Sebelumnya diberitakan, segala cara dilakukan bebera­pa oknum orang tua murid untuk memuluskan jalan agar anaknya bisa masuk sekolah favorit. Termasuk memanipu­lasi data untuk mengakali PPDB sistem zonasi. Namun hal itu kini menjadi perhatian serius Wali Kota Bogor Bima Arya.

Orang nomor satu di Kota Bogor itu mengecek langsung ke salah satu rumah warga di Gang Selot, Kelurahan Pale­dang, Kecamatan Bogor, yang tak jauh dari SMAN 1 Kota Bogor. Di rumah tersebut di­duga ada tiga nama siswa yang terdaftar dalam sistem PPDB Online di SMAN 1 Kota Bogor melalui sistem zonasi.

Namun saat ditanya Bima Arya terkait nama-nama yang tinggal di rumah tersebut, pe­milik rumah gelagapan, bah­kan tidak bisa menjawab nama-nama yang ada dalam Kartu Keluarga (KK). “Kita menda­patkan data informasi bahwa ada alamat yang digunakan di situ. Makanya hari ini kita cek langsung ke lokasi,” ujarnya.

Bima mengaku sudah men­gumpulkan datanya soal ma­nipulasi data untuk menga­kali PPDB sistem zonasi. Men­urut Bima, ada tiga alamat yang diindikasikan menjadi alamat titipan dan indikasinya sang­at kuat bahwa anak-anak itu tidak tinggal di situ. “Sekarang kita ingin telusuri, ini rang­kaiannya. Kemungkinan ada data manipulasi atau pelang­garan di sini. Karena domisili itu minimal enam bulan se­belumnya. Jadi sebelum enam bulan, nggak bisa,” pungkasnya.

Hal serupa terjadi di SDN Panaragan 1 Kota Bogor. Sejak pagi, orang tua murid berduy­un-duyun mendatangi seko­lahan tersebut. Hal itu dibe­narkan Kepala SDN Panaragan 1 Kota Bogor Wahyu.

“Saya bersama staf guru lain­nya sempat kewalahan juga membendung keinginan ibu-ibu yang sejak pagi sudah mendatangi halaman sekolah. Terpaksa kami juga harus ber­sikap tegas dengan melarang mereka masuk halaman se­kolah. Biarkan saja anak-anaknya yang masuk ke seko­lah, sementara ibu-ibunya menuggu di halaman sekolah,” kata Wahyu.Ketika ditanya mengenai tren orang tua yang menyerbu kelas untuk men­cari bangku terdepan bagi anaknya, Wahyu mengelak. “Alhamdulillah, kalau di sini hampir tidak ada orang tua yang berebut bangku. Soalnya para siswa masih kita larang untuk masuk kelas, kecuali sudah diumumkan mereka masuk kelas mana dan me­reka dipanggil satu per satu,” ujarnya. (ber/ar/rez/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X