METROPOLITAN - Setiap ada kemauan pasti ada jalan. Pepatah itu tepat menggambarkan niat tujuh bocah dari Kota Bogor. Mimpi mereka membeli seekor sapi untuk dikurbankan pada Hari Raya Idul Adha menjadi kenyataan. Ketujuh bocah tersebut adalah Abu Bakar Sidiq (13), Zhilal (11), Sauqi (11), (12), Zalfa (12) dan Yudi PraFauzan Alfahri (11), Sukatma tama (18). Mereka merupakan warga Kampung Ardio, RT 01/05, Kelurahan Cibogor, Kecamatan Bogor Tengah.
Ide patungan kurban sapi itu pertama kali muncul sekitar setahun silam. Saat Lebaran Haji, Iki, sapaan akrab Abu Bakar Sidiq, iri melihat orang lain dapat berkurban meski usianya masih sangat muda. ”Saya terdorong pengin berbagi dengan sesama di Hari Raya Idul Adha,” kata Iki, kemarin.
Ia kemudian mengajak teman-teman bermainnya membuat arisan kurban sapi. Usulan Iki rupanya disambut hangat teman sekampungnya itu. Begitu pula para orang tua mereka menyambut niat baik anak-anaknya untuk berkurban. ”Saat ngajak teman-teman patungan kurban, semua pada setuju. Waktu itu ada 15 orang yang ikutan, jadi cukup buat beli seekor sapi,” ucap Iki.
Setiap hari masing-masing menyisihkan uang jajannya antara Rp5 ribu hingga Rp10 ribu. Uang itu kemudian disetorkan kepada Yeni Haryani, ibu kandung Fauzan, yang juga peserta arisan.
Namun di tengah perjalanan, mereka sempat patah semangat. Sebab, sebagian peserta memilih mundur dengan alasan orang tua mereka membutuhkan uang. ”Ada delapan orang mundur. Katanya uangnya mau dipakai dulu. Waktu itu sempat ragu, takut gagal (berkurban, red),” ungkap anak yatim itu.
Setelah mendapat motivasi dari Ketua RW setempat, Ahmad Darmawan, semangat mereka untuk berkurban tumbuh kembali. Pintu rezeki pun makin terbuka lebar. Ketujuh anak-anak yang memiliki keahlian memainkan alat marawis itu kerap mendapat orderan manggung di acara-acara pernikahan maupun pengajian akbar. ”Setiap pentas suka dikasih seorang Rp50 ribu. Uang itu langsung kita tabungin,” ucap remaja kelas tiga SMP itu.
Selain dari uang jajan dan hasil pentas, Iki mengaku dana yang terkumpul untuk arisan kurban sapi sebagiannya didapat dari hasil membantu sang kakak berjualan bensin di kawasan Pasar Kebon Kembang. ”Selama liburan sekolah saya ikut jagain jualan bensin pertamini, sehari dikasih Rp15 ribu. Setiap bulan juga saya dapat Rp25 ribu, upah nagihin iuran sampah warga. Uangnya semua saya tabungin ke situ,” ungkap Iki.
Dari situlah hingga akhirnya uang tabungan mereka terkumpul mencapai Rp14,5 juta. Pada 23 Juni 2019, uang tersebut dijadikan sebagai uang muka pembelian sapi jenis kupang seharga Rp19,5 juta. ”Kurangnya sekitar Rp5 juta lagi. Kita sengaja lebihin Rp1 juta untuk biaya sembelih dan sedekah ke masjid,” kata Yeni Haryani, pemegang uang arisan ketujuh anak tersebut.
Menurut Yeni, ia yakin mereka mampu melunasi sisa pembelian sapi yang kini memiliki bobot berat 345 kg. Apalagi anak-anak memiliki semangat yang sangat tinggi untuk berbagi kepada sesama. ”Di saya sudah ada uang terkumpul hasil setoran dari akhir Juni, cuma belum saya hitung,” ujarnya.
Ibu kandung Iki, Sati (47), mengaku sangat terharu dan bangga karena cita-cita anaknya untuk berkurban sapi bisa tercapai. Dirinya sempat meragukan ide anaknya itu membuat arisan kurban. Sebab, dirinya sama sekali tidak pernah memberi uang jajan kepada anak bungsunya itu. ”Saya sempat ragu, bisa nggak nyisihin uang buat beli sapi. Kalau gagal kan saya yang malu,” ucap Sati.
Sementara itu, kabar ketujuh bocah yang membeli hewan kurban dengan jerih payah mereka sontak menyebar ke seluruh kampungnya. Tak ayal warga sekitar merasa bangga dengan apa yang dilakukan mereka.
Ketua RW setempat, Ahmad Darmawan, mengaku bangga dengan Iki dan teman-temannya. Ia mengaku sudah mengetahui niat mereka sejak awal. ”Dari awal saya tahu rencana mereka. Kata saya jangan takut, maju terus. Misalnya memang uangnya nanti nggak cukup kan bisa beli kambing, yang penting niat. Kalau niat pasti bisa,” kata Ahmad.
Aksi mereka itu diakuinya baru pertama kali terjadi di kampung tersebut. Ia berharap keberhasilan mereka dapat dijadikan kisah inspirasi bagi orang lain, khususnya umat muslim yang ingin berkurban. ”Bikin orang tua iri. Anak yang segede ini saja sanggup berkurban, kenapa yang dewasa nggak. Saya selalu kasih spirit ke mereka, ini contoh baik,” tutupnya. (lip/rez/run)