METROPOLITAN - Kabar tak mengenakkan datang untuk warga Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor. Fenomena el nino lemah yang sedang menimpa wilayah Timur Bumi Tegar Beriman tersebut diprediksi akan berlangsung hingga November nanti. Artinya, warga diprediksi mengalami kekeringan hingga empat bulan ke depan
Menurut Kasi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bogor Hadi Saputra, saat ini BMKG sudah semakin sulit memprediksi dan membaca pola fenomena iklim yang ada. Sebab yang dulunya terjadi dua atau tiga tahun sekali, tetapi saat ini terjadi dalam satu tahun sekali.
”Cuaca ekstrem ini memang sudah fasenya, karena sudah musim kemarau. Perkiraan musim kemarau ini sampai November untuk berhenti kemarau dan masuk ke musim hujan,” katanya.
Hadi juga mengimbau kepada masyarakat untuk lebih menghemat air karena pastinya masyarakat butuh air bersih. Sedangkan untuk petani, ia menyarankan jangan menanam padi saat musim seperti ini karena akan membutuhkan air yang banyak.
Di sisi lain, Hadi menjelaskan fenomena el nino lemah terjadi karena perbedaan suhu di permukaan Laut Samudra Pasifik dan Laut Indonesia. Dengan kondisi suhu permukaan laut yang dingin, maka awan akan lebih sulit terbentuk.
”Kemarau tahun ini lebih kering karena biasanya meski kemarau terkadang masih terdapat hujan. Namun untuk tahun ini sudah dua bulan belum hujan sama sekali,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Kepala Pusat Pengelelolaan Risiko dan Peluang Iklim, LPPM IPB, Rizaldi Boer. Ia menilai musim kemarau yang disertai fenomena el nino lemah ini semakin lama semakin tidak bisa diprediksi kehadirannya. Menurut catatannya, fenomena el nino yang sekarang terjadi memang lebih parah jika dibandingkan dua tahun belakangan.
Belum lagi jika melihat fenomena el nino yang menyebabkan musim kemarau jadi lebih panjang dari biasanya, sambungnya, seharusnya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor sudah mulai concern terhadap sektor pertanian. “Di Kabupaten Bogor perlu ada pengaliran air yang surplus. Tapi persoalannya tidak semudah itu karena perlu ada program khusus yang diberikan Pemkab Bogor,” katanya, kemarin.
Profesor dari IPB itu juga meminta pemkab segera mengambil langkah-langkah konkret untuk mencegah fenomena ini. Seperti membuat sumur biopori, waduk kecil dan sumur perairan. Tujuannya agar jika fenomena el nino datang lagi yang diperkirakan saat ini memiliki siklus tiga sampai lima tahun sekali, pemkab sudah memiliki kartu as untuk melewati musim kemarau yang disertai fenomena el nino.
Selain itu, pembekalan kepada petani juga harus diberikan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait aagar petani tidak lagi terjebak dengan kebiasaan menanam di waktu yang salah. “Siklus ini tidak dapat diprediksi karena sering terjadi geseran, banyak ahli berpendapat pemanasan global akan membuat el nino semakin sering terjadi dan intensitasnya semakin kuat,” ujarnya. (cr2/mg1/c/rez/run)