Senin, 22 Desember 2025

Abaikan Kesehatan Jiwa, Polisi Rentan Depresi

- Sabtu, 27 Juli 2019 | 10:29 WIB

METROPOLITAN -  Kasus penembakan dilakukan sesama polisi kembali terjadi.   Kali ini dilakukan Brigadir Rangga Tianto terhadap rekannya, Bripka Rahmat Effendy. Aksi berdarah itu terjadi di Polsek Cimanggis, Depok, pada Kamis (25/7) malam.

Penembakan itu bermula saat Bripka Rahmat Effendy men­datangi SPK Polsek Cimanggis sambil membawa FZ, seorang pelaku tawuran yang diaman­kan. Kemudian orang tua FZ menyusul sambil membawa dua polisi, salah satunya Bri­gadir Rangga Tianto.

Kedatangan mereka untuk meminta FZ agar dibina orang tuanya dan tidak diproses hu­kum. ”Namun Bripka RE (Rah­mat Effendy, red) langsung menjawab bahwa proses sedang berjalan dan saya sebagai pelapornya, dengan nada agak keras bicaranya,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kom­bes Argo Yuwono.

Reaksi Bripka Rahmat Ef­fendy membuat Brigadir Rang­ga Tianto meradang. Brigadir Rangga Tianto emosi hingga masuk ruangan sebelah lalu mengeluarkan senjata dan langsung menembakkan sen­jata api jenis HS 9 ke arah Bripka Rahmat Effendy seba­nyak tujuh kali.

”Mengenai bagian dada, leher, paha dan perut, sehingga korban mening­gal di tempat,” beber Argo seraya menuturkan bahwa di lokasi ditemukan tujuh selongsong usai tembakan yang dilepaskan Brigadir Rahmat Effendy.

Kasus ini pun menyita per­hatian Komisi Kepolisian Na­sional (Kompolnas). Menurut Komisioner Kompolnas, Andrea Poeloengan, kasus polisi tem­bak polisi ini berawal karena keduanya emosi. “Ini bisa jadi karena sama-sama keras ter­hadap pendirian, saling tidak peduli terhadap kebutuhan, harapan dan kekhawatiran satu pihak dengan pihak lain­nya,” jelas Andrea.

Mengenai kondisi Brigadir Rangga Tianto, menurut Andrea, perlu didalami lebih jauh. “Ha­nya saja si pelaku penembakan bisa jadi memiliki ego, gang­guan psikis, arogansi, abuse of power, tidak dapat mengenda­likan emosi, atau yang lainnya yang menjadi faktor penyebab,” ucapnya.

Andrea juga menyoroti soal kelayakan seorang anggota polisi memegang senjata api. Hal itu ditentukan oleh uji psi­kologis dan jasmani yang se­harusnya dilakukan secara berkala setiap enam bulan sekali.

Tetapi, menurutnya, itu juga belum cukup untuk memasti­kan kejiwaan seorang anggota dalam kondisi baik sehingga aman dibekali senjata. “Perlu ada pemeliharaan dan pera­watan agar kualitas kesehatan jiwa tetap prima. Perawatan kesehatan jiwa sama (penting­nya, red) dengan kesehatan badan. Karena justru jiwanya harus kuat dalam bertugas se­bagai polisi selain badan,” pa­par Andrea.

Kompolnas, lanjutnya, men­gusulkan pengadaan konselor psikolog pada setiap polres sejak 2016 untuk menjaga kese­hatan jiwa setiap anggota ke­polisian. Namun, hingga kini belum ada perkembangan. “Hal ini terlihat ketika penerimaan Perwira Polri Sumber Sarjana tidak sampai 34 psikolog klinis yang diterima pada tiap tahun­nya sejak 2016,” kata Andrea.

Ia menambahkan, jika kon­disi seperti ini terus dibiarkan, maka tidak menutup kemun­gkinan kasus penembakan se­wenang-wenang oleh anggota kepolisian akan terulang kem­bali di kemudian hari. Andrea menyebutkan selama ini hanya ada pemeriksaan kesehatan secara fisik seperti uji laborato­rium, tetapi tidak ada peme­riksaan dan pemeliharaan kese­hatan jiwa secara rutin.

Hal senada diungkapkan Spesialis Kedokteran Jiwa atau Psikiatri (SpKJ) dari RS Siloam Bogor, dr Lahargo Kembaren. Ia mengingatkan pentingnya ’anger management’ (mana­jemen marah, red). ”Marah yang terlalu hebat dan terus menerus berulang jelas akan sangat mengganggu. Lakukan ’anger management’ untuk dapat mengontrol marah agar tidak terjadi hal yang merugi­kan,” saran dr Lahargo.

Menurut dr Lahargo, ada ba­nyak sekali penyebab orang bisa marah. Di antaranya ka­rena kecewa, malu, sedih, frus­trasi atau tidak dihargai. Ber­bagai penyebab itu akan meng­aktifkan amigdala, bagian otak yang mengatur emosi. Aktivitas tersebut akan merangsang pe­lepasan hormon stres oleh kelenjar adrenal. Termasuk dalam kategori hormon stres, antara lain kortisol, adrenalin dan noradrenalin.

Di tempat lain, isak tangis di Perumahan Permata Tapos Blok A No 1, RT 03/08, Kelurahan Sukamaju Baru, Kecamatan Tapos, Kota Depok, tak terben­dung kala mobil jenazah tiba di rumah Bripka Rahmat Ef­fendy. Keluarga masih tak per­caya Rahmat menjadi korban penembakan yang dilakukan sesama rekan kerjanya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X