Senin, 22 Desember 2025

Prabowo Terancam Ditinggal Pendukung

- Senin, 29 Juli 2019 | 09:32 WIB
BERKELILING: Prabowo saat menemui para kadernya usai melakukan pertemuan di Sentul, beberapa waktu lalu.
BERKELILING: Prabowo saat menemui para kadernya usai melakukan pertemuan di Sentul, beberapa waktu lalu.

METROPOLITAN - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dinilai akan ditinggalkan pendu­kungnya. Ini bisa terjadi apabila Prabowo memilih ngotot bergabung ke Koalisi Indonesia Kerja.

Menurut Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, mengamati indikasi Prabowo dengan gerbong Gerindra masuk koalisi pemerintahan Jokowi, potensial ditinggal pendukungnya cukup besar. Sebab, pendukung yang kecewa itu bisa apatis ke politik mungkin pula pindah ke lain hati.

Apalagi, menurut dosen UIN Ciputat itu, kecenderungan sebagian besar pendukung Prabowo sangat ingin Pra­bowo dan anggota koalisinya tetap solid berada di luar pe­merintahan.

Mereka, jelas Adi, ingin ada kekuatan penyeimbang dalam mengawal pemerintahan pe­riode kedua Jokowi. ”Selain sebagai penyeimbang yang kredibel, Prabowo bisa tetap mempertahankan ceruk pe­milihnya,” katanya.

”Pernyataan Sandi yang viral dan sikap konsisten Rachma­wati yang tetap kritis sekadar contoh kecil dari sekian ba­nyak kubu Prabowo yang ingin tetap oposisi,” ujarnya.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Gerindra Ferry Julian­tono menyebut adanya pelu­ang untuk bergabung dengan koalisi Jokowi. Peluang itu tergantung pada sikap Jokowi sebagai presiden terpilih. ”Saya berani menyampaikan ter­buka kemungkinan Partai Gerindra bergabung dalam pemerintahan,” kata Ferry.

Keputusan bergabung itu, je­las Ferry, tergantung pada keinginan Jokowi untuk me­nambah partai di luar koalisi pendukungnya. Meskipun menyatakan bahwa partai pimpinan Prabowo Subianto itu bakal membantu jika dip­erlukan, Ferry mengklaim Gerindra tak akan meminta jabatan tertentu.

”Tetapi itu juga sangat tergan­tung dari apakah Jokowi se­bagai presiden merasa perlu mengajak partai-partai di luar koalisinya mau menyele­saikan masalah bersama-sama. Sikap Gerindra tidak akan pernah minta jabatan,” ucapnya.

Sejauh ini, Ferey menegaskan Gerindra belum menentukan sikap politiknya usai perte­muan antara Ketua Umum Prabowo Subianto dengan Ketua Umum PDIP Mega­wati Soekarnoputri pada Rabu (24/7). ”Gerindra belum memu­tuskan bergabung atau tidak. Itu harus diputuskan pada forum partai masing-masing,” imbuhnya.

Ferry mengatakan, pertemu­an antara Megawati dengan Prabowo seharusnya tak di­kaitkan dengan keputusan berkoalisi. Keputusan koalisi, menurutnya, berada di inter­nal setiap partai.

Kendati demikian, Ferry juga tak tegas mengindikasikan bahwa Gerindra bakal men­jadi oposisi di luar pemerin­tahan. Ia justru menafsirkan oposisi tidak harus di luar pemerintahan. Menurutnya, menjadi eksekutif pun tetap bisa menjalankan fungsi opo­sisi.

”Oposisi ini memang kalau kita lihat sekarang faktanya antara eksekutif dengan legis­latif tak dalam posisi berhadap-hadapan tapi kesempatan terbuka eksekutif dan legisla­tif tak berseberangan,” pung­kas Ferry. (rmol/rep/rez/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X