Senin, 22 Desember 2025

Wow! LRT Jabodebek Beroperasi tanpa Masinis

- Selasa, 30 Juli 2019 | 09:35 WIB
BEROPERASI: Kereta LRT saat dioperasikan PT INKA. Rencananya, kereta ini akan dikemudikan tanpa masinis.
BEROPERASI: Kereta LRT saat dioperasikan PT INKA. Rencananya, kereta ini akan dikemudikan tanpa masinis.

METROPOLITAN - Kabar mengejutkan datang dari PT Industri Kereta Api Indonesia (INKA). Rencananya, INKA akan mengoperasikan kereta Lintas Rel Ter­padu atau Light Rail Transit (LRT) Jakarta-Bogor- Depok-Bekasi (Jabodebek) tanpa bantuan masinis. Nantinya LRT tersebut akan dikendalikan langsung dari pusat kontrol LRT Jabodebek.

”Memang sudah autopilot untuk operasionalnya, nggak perlu masinis lagi,” kata Senior Manajer Humas Sekretariat dan Protokoler INKA, Hartono.­

Menurutnya, kereta LRT Jabo­debek didesain bisa berope­rasi tanpa masinis untuk me­menuhi jarak kedatangan ke­reta (headway) yang pendek. ”Kalau dikontrol secara ma­nual, nanti nggak tercapai headway-nya. Kan ada target kapasitas total yang harus di­angkut. Hitung-hitungannya hanya bisa tercapai kalau meng­gunakan (kereta, red) automa­tic,” jelasnya.

Kereta LRT Jabodebek, lanjut Hartono, dirancang teknisi-teknisi PT INKA. Namun, kom­ponen kereta didatangkan dari Jerman. ”Itu didesain engineer-engineer kami. Kami memang melibatkan kompo­nen-komponen itu dari Jerman,” tambah Hartono.

Sementara itu, Direktur Utama INKA Budi Noviantoro meya­kinkan LRT Jabodebek memi­liki sejumlah perbedaan dengan LRT Palembang. Untuk rang­kaian kereta, LRT Jabodebek memiliki jumlah yang relatif banyak. Satu rangkaian terdiri dari enam kereta. ”Yang jelas lebih panjang (dari LRT Pa­lembang, red), kemudian enam kereta,” katanya.

Menurutnya, yang membeda­kan ialah lebar lintasan rel. Kereta LRT Jabodebek punya rel lebih lebar. ”Yang penting lebar railnya 1.435 mm, kalau Palembang 1.067 mm,” ucapnya.

Tak hanya itu, sambungnya, sistem persinyalan LRT Jabo­debek dan Palembang ber­beda. Sistem persinyalan LRT Jabodebek menggunakan mo­ving block signal dan software dari Siemens AG Jerman yang membuatnya bisa dioperasikan tanpa masinis. ”Karena apa, headway jarak antarkereta ke­cil dua sampai tiga menit. Ka­lau headway dua menit, maka setiap jam 30 kereta. Nggak mungkin pakai orang,” imbuh­nya.

Dengan sistem tersebut nanti­nya kereta yang digunakan LRT Jabodebek akan diatur perja­lanannya secara otomatis. Mulai dari pergerakannya, kecepatannya hingga waktu berhentinya. Sedangkan untuk buka tutup pintu saat berhenti di setiap stasiun, LRT akan dibuka lewat petugas tiap stasiun yang ber­tugas di ruang kontrol. Nantinya kereta ini pun didesain bisa melaju dengan kecepatan mak­simal 100 km/jam.

”Moving block ini teknologi baru, sinergi INKA dan Len. Kalau nggak salah mengguna­kan software Siemens Jerman yang memungkinkan kereta jalan tanpa masinis, kayak robot saja gitu ya. Tapi bukan berarti nggak ada pengawas di atas kereta, tapi tidak se­bagai fungsi masinis,” beber­nya.

Rencananya kereta itu diran­cang memiliki kapasitas mak­simal ditumpangi 1.308 pe­numpang. Namun normalnya LRT akan membawa 740 penumpang sekali jalan. Nanti­nya penumpang akan dise­diakan bangku yang bisa di­tempati 174 orang. Lalu 566 orang bisa berdiri bila tidak kebagian tempat.

Sekadar diketahui, INKA saat ini sudah menyiapkan satu rangkaian kereta LRT Jabode­bek untuk diuji coba. Waktu uji coba belum bisa dipastikan karena masih menunggu ke­siapan infrastruktur. Progres pembangunan infrastruktur LRT Jabodebek mencapai 63,03 persen per 9 Juli 2019. Trans­portasi berbasis rel itu diper­kirakan akan beroperasi pada 2021 dengan nilai pekerjaan Rp22,8 triliun (termasuk pajak, red). (kmp/dtk/rez/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X