METROPOLITAN - Kebakaran lahan seluas enam hektare terjadi di Kampung Cimahpar, RT 05/08, hingga menggegerkan warga Kelurahan Cimahpar, Kecamatan Bogor Utara, kemarin. Kebakaran itu terjadi diduga berawal dari percikan api pembakaran sampah warga.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor Juniarti Estiningsih mengatakan, kondisi lahan kering serta embusan angin kencang mengakibatkan api cepat menjalar ke lahan kosong milik Oom (80) warga Kampung Cimahpar tersebut. ”Kebakaran disebabkan pemapi cepat menjalar ke lahan bakaran sampah yang ditinggal salah seorang warga,” katanya kepada Metropolitan, kemarin.
Memasuki puncak kemarau, jelas wanita yang akrab disapa Esti itu, kebakaran lahan kerap terjadi di sejumlah wilayah di Kota Bogor. Sejak Juni silam, sedikitnya ada empat kebakaran yang terjadi di sepanjang musim kemarau. Angka tersebut bertambah pada Juli kemarin. ”Juni kemarin ada empat kebakaran terjadi. Angka ini bertambah menjadi sembilan pada Juli ini. Kalau untuk Agustus belum kami rekap,” paparnya.
Dalam kejadian tersebut setidaknya dua unit mobil pemadam kebakaran diterjunkan ke lokasi kebakaran. Keringnya lahan dan kuatnya embusan angin menyebabkan tim kewalahan dalam menjinakkan api. ”Api baru bisa kami padamkan selang satu jam pasca-kedatangan petugas di lokasi kejadian. Tidak ada korban jiwa dalam peritiwa ini,” akunya.
Meski tidak ada korban jiwa dan kerugian berarti, Esti mengimbau masyarakat agar berhati-hati. Terutama saat membakar sampah di musim kemarau seperti saat ini. Hal senada dikatakan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor Elia Buntang. Menurutnya, banyak masyarakat lebih memilih membakar ketimbang memanfaatkannya kembali.
Pemikiran seperti ini tentu harus diubah. Sebab, ada sejumlah jenis sampah yang bisa dimanfaatkan kembali, seperti membuat kerajinan hingga mengubah sampah menjadi sesuatu yang lebih berharga.
”Biasanya masyarakat kalau membakar sampah suka ditinggal begitu saja. Saya harap jangan ditinggal sembarangan begitu saja. Lebih baik jangan dibakar, tetapi lakukan sistem pengolahan sampah 3R, Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali) dan Recycle (mendaur ulang sampah),” tutupnya. (ogi/b/mam/run)