Senin, 22 Desember 2025

Sepakat Lawan Diskriminasi Sawit Eropa

- Rabu, 28 Agustus 2019 | 12:24 WIB

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyambut kedatangan Raja Malaysia Seri Paduka Yang Dipertuan Agong XVI Al- Sultan Abdullah Ri’ayatauddin Al Mustafa Billah Shah. Jokowi juga mengajak Sultan Abdullah keliling Kebun Raya Bogor (KRB). Upacara penyambutan kenegaraan dilangsungkan di Istana Kepresidenan Bogor, kemarin.

SULTAN Abdullah datang bersama istrinya, Seri Paduka Baginda Raja Permaisuri Tun­ku Hajah Azizah Aminah Mai­munah Iskandariah. Jokowi dan Sultan Abdullah melakukan pengecekan pasukan setelah lagu kebangsaan masing-ma­sing negara dimainkan. Anak-anak berpakaian adat turut menyambut Sultan Abdullah.

Jokowi dan Sultan Abdullah memasuki Istana Bogor untuk sesi foto dan penandatanganan buku tamu dan penanaman pohon di halaman Istana. Se­telahnya, Jokowi mengajak Sultan Abdullah keliling KRB. Jokowi menyopiri mobil golf yang berpenumpang Sultan Abdullah dan istri serta Ibu Negara Iriana. Mereka tampak berbincang selama mengelilingi KRB. Setelah sekitar 15 menit, mereka kembali ke Istana Bo­gor. Acara dilanjutkan perte­muan delegasi Indonesia dan delegasi Malaysia. Siang hari­nya digelar jamuan makan siang kenegaraan.

Sementara dalam pertemuan tersebut, kedua negara sepakat memperkuat kerja sama per­dagangan dan investasi, khu­susnya di sektor migas serta kerja sama dalam mendukung promosi kelapa sawit. ”Sekali lagi kita menekankan kem­bali pentingnya kedua negara untuk bersatu melawan diskri­minasi kelapa sawit,” kata Men­teri Luar Negeri Retno Marsu­di, yang mendampingi Jokowi dalam pertemuan tersebut, kemarin. Retno menjelaskan kolaborasi kerja sama untuk melawan diskriminasi pun telah didukung ASEAN. Pasal­nya, keputusan Uni Eropa mengenakan bea masuk bagi produk kepala sawit cukup mendapatkan perhatian khu­sus. ”Kalau kita melihat keada­an seperti itu. Berarti apa yang harus kita persiapkan. Tentunya upaya untuk melawan diskri­minasi itu satu hal. Kita akan lakukan terus,” imbuhnya. ”Kondisi sebenarnya lebih ba­gus. Dalam artian bahwa kalau masa lalu berjuang sendiri-sendiri, sekarang berjuang bersama. Sehingga lebih man­tap berjuang,” sambungnya.

Meskipun sepakat untuk me­lawan diskriminasi Eropa, In­donesia tetap akan mencari cara lain untuk menyelematkan produk kelapa sawit. Ini meng­ingat komoditas tersebut me­megang peranan penting dalam struktur perekonomian.

Salah satunya perluasan pa­sar ekspor ke negara-negara seperti China. Menurut Retno, tren ekspor produk tersebut ke Negeri Tirai Bambu telah me­ningkat cukup signifikan. ”Space masih ada sangat ba­nyak. Pada saat Perdana Men­teri Xi Jinping bertemu presiden, mereka ingin meningkatkan. Alternatif kedua, karena kebu­tuhan kita banyak, sekarang sudah mulai. Jadi sawit diserap,” ujarnya. (dtk/cnb/rez/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X