Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyambut kedatangan Raja Malaysia Seri Paduka Yang Dipertuan Agong XVI Al- Sultan Abdullah Ri’ayatauddin Al Mustafa Billah Shah. Jokowi juga mengajak Sultan Abdullah keliling Kebun Raya Bogor (KRB). Upacara penyambutan kenegaraan dilangsungkan di Istana Kepresidenan Bogor, kemarin.
SULTAN Abdullah datang bersama istrinya, Seri Paduka Baginda Raja Permaisuri Tunku Hajah Azizah Aminah Maimunah Iskandariah. Jokowi dan Sultan Abdullah melakukan pengecekan pasukan setelah lagu kebangsaan masing-masing negara dimainkan. Anak-anak berpakaian adat turut menyambut Sultan Abdullah.
Jokowi dan Sultan Abdullah memasuki Istana Bogor untuk sesi foto dan penandatanganan buku tamu dan penanaman pohon di halaman Istana. Setelahnya, Jokowi mengajak Sultan Abdullah keliling KRB. Jokowi menyopiri mobil golf yang berpenumpang Sultan Abdullah dan istri serta Ibu Negara Iriana. Mereka tampak berbincang selama mengelilingi KRB. Setelah sekitar 15 menit, mereka kembali ke Istana Bogor. Acara dilanjutkan pertemuan delegasi Indonesia dan delegasi Malaysia. Siang harinya digelar jamuan makan siang kenegaraan.
Sementara dalam pertemuan tersebut, kedua negara sepakat memperkuat kerja sama perdagangan dan investasi, khususnya di sektor migas serta kerja sama dalam mendukung promosi kelapa sawit. ”Sekali lagi kita menekankan kembali pentingnya kedua negara untuk bersatu melawan diskriminasi kelapa sawit,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, yang mendampingi Jokowi dalam pertemuan tersebut, kemarin. Retno menjelaskan kolaborasi kerja sama untuk melawan diskriminasi pun telah didukung ASEAN. Pasalnya, keputusan Uni Eropa mengenakan bea masuk bagi produk kepala sawit cukup mendapatkan perhatian khusus. ”Kalau kita melihat keadaan seperti itu. Berarti apa yang harus kita persiapkan. Tentunya upaya untuk melawan diskriminasi itu satu hal. Kita akan lakukan terus,” imbuhnya. ”Kondisi sebenarnya lebih bagus. Dalam artian bahwa kalau masa lalu berjuang sendiri-sendiri, sekarang berjuang bersama. Sehingga lebih mantap berjuang,” sambungnya.
Meskipun sepakat untuk melawan diskriminasi Eropa, Indonesia tetap akan mencari cara lain untuk menyelematkan produk kelapa sawit. Ini mengingat komoditas tersebut memegang peranan penting dalam struktur perekonomian.
Salah satunya perluasan pasar ekspor ke negara-negara seperti China. Menurut Retno, tren ekspor produk tersebut ke Negeri Tirai Bambu telah meningkat cukup signifikan. ”Space masih ada sangat banyak. Pada saat Perdana Menteri Xi Jinping bertemu presiden, mereka ingin meningkatkan. Alternatif kedua, karena kebutuhan kita banyak, sekarang sudah mulai. Jadi sawit diserap,” ujarnya. (dtk/cnb/rez/run)