Senin, 22 Desember 2025

8 Tahun Pindah Tempat, Kini Belajar di Bawah Terpal

- Kamis, 29 Agustus 2019 | 09:39 WIB
MIRIS: Puluhan siswa SMP Terbuka 1 Cijeruk mengikuti kegiatan belajar mengajar di halaman rumah gurunya.
MIRIS: Puluhan siswa SMP Terbuka 1 Cijeruk mengikuti kegiatan belajar mengajar di halaman rumah gurunya.

METROPOLITAN - Miris, kata itu tepat untuk menggambarkan SMP Terbuka 1 Cijeruk, Kabupaten Bogor. Delapan tahun berdiri, sekolah tersebut sudah tiga kali berpindah tempat. Tak memiliki biaya jadi faktor penyebabnya.

Kesedihan pun tidak berakhir sampai di situ. Kini, sekolah yang didirikan Kepala SMK Terbuka 1 Cijeruk Cucu Sumiati bersama mendiang sua­minya itu tidak mempunyai lahan dan bangunan. Para siswa terpaksa belajar di bawah terpal di halaman rumah Cucu Sumiati yang berlokasi di Jalan Sukabakti, Kampung Cijeruk, RT 02/05, Desa Palasari, Kecamatan Cijeruk.­

SMP Terbuka 1 Cijeruk atau yang dikenal SMP TB 911 itu sudah berdiri sejak 21 Sep­tember 2011. Sekolah itu per­tama kali beroperasi di gedung SD negeri yang ada di Cijeruk. Namun, SMP TB 911 harus tersisih lantaran gedung se­kolah yang ditempatinya akan direnovasi atau dibangun.

Sekolahan pun pindah men­cari tempat baru. Mereka ke­mudian menyewa di gedung madrasah. Namun kemudian harus pindah lagi karena ge­dung tersebut tidak layak huni.

Perjuangan Cucu tak ber­henti sampai di situ. Sekolah tersebut kembali mendapatkan tempat baru untuk pindah. Gedung madrasah dekat ke­diaman Cucu menjadi pilihan­nya. Namun tidak berselang lama, gedung madrasah yang berdiri di tanah wakaf itu ter­jadi masalah. Ada konflik yang terjadi di antara keluarga yang memberikan tanah wakaf ter­sebut sehingga menyebabkan sekolah itu kembali pindah.

Cucu pun hanya bisa mera­tapi nasib. Tak mau siswa-siswinya berhenti menuntut ilmu, Cucu pun menyulap kediamannya menjadi sekolah dadakan, meski tempat yang dimilikinya tidak begitu cukup memadai. “Karena bangunan SD negeri yang biasa kami tumpangi sedang direnovasi, maka kami pun menyewa bangunan madrasah untuk kegiatan belajar,” kata Cucu, kemarin.

Cucu juga mengeluhkan mi­nimnya perhatian pemerintah desa, kecamatan dan lainnya. Padahal, sekolah yang didiri­kannya itu membantu Pemerin­tah Kabupaten (Pemkab) Bogor dalam meningkatkan angka rata-rata lama sekolah.

“Saya selaku pemilik atau kepala sekolah tidak pernah memungut uang SPP kepada murid, di mana setiap lulusan SMP Terbuka 1 Cijeruk ini mendapatkan ijazah persam­aan dari SMPN 1 Cijeruk,” ujarnya.

Menanggapi hal itu, Kadisdik Kabupaten Bogor Entis Sutisna mengaku akan mencari solusi agar siswa SMP Terbuka 1 Ci­jeruk dapat belajar dengan nyaman. “Kepala Bidang SMP sudah ke sana. Nanti kegiatan belajar mengajar dipindah ke bangunan SD negeri lain di sekitar sana. Jadi siswa dan guru tidak perlu jauh,” kata Entis.

Menurutnya, Pemkab Bogor telah terbantu dengan sekolah terbuka. Seperti yang digagas Cucu Sumiati, yang bisa mendongkrak angka rata-rata lama sekolah dan partisi­pasi pendidikan di Bumi Tegar Beriman. “Tentu harus diban­tu juga oleh pemda. Karena peran mereka mendekatkan pelayanan pendidikan,” ujar Entis. (pjk/rez/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X